Minggu, 01 Oktober 2017

Ketika Tidak Lulus Ujian Nasional


Ketika saya SMA saya hampir selalu meraih rangking di kelas. Saya pernah meraih ranking 1, 2, dan juga rangking 3 . . . wuidihhh somong. Ya, walaupun memang di sebuah SMA swasta di kota Bandung. Selain itu saya juara olimpiade Fisika dan Kimia se-Indonesia. .. .wuidihhhhh sombong lagiiii. . . .!!!.  Kalo yang itu bukan sombong, tapi boong hehehehe :p

Sampai suatu ketika tibalah saatnya ujian nasional yang sangat menentukan kelulusan. Jika ada salah satu nilai yang tidak memenuhi standar yang ditentukan pemerintah, sudah barang tentu siswa tersebut dinyatakan tidak lulus. 

Saya belajar untuk mempersiapkan ujian tersebut hingga malam kian larut, ditemani gemercik suara jangkrik dan detak jarum jam. 

Di hari pertama pelajaran Bahasa Indonesia, tentu tak begitu sulit dan saya merasa mampu melaluinya. Di hari kedua pelajaran Bahasa Inggris, juga tak terlalu masalah walaupun tak semudah di hari pertama. Tapi di hari ketiga, walaupun saya sudah belajar soal–soal matematika, tapi saya melaluinya dengan penuh kegelisahan. Saat itu saya memikirkan bagaimana kalau tidak lulus, bagaimana kalau tidak lulus. 

Baru di soal pertama saya sudah mendapat kendala, sebenarnya soalnya simpel hanya mencari nilai x, y, dan z dari beberapa persamaan. Tapi beberapa kali saya mencoba menghitung tetap tak ada jawabannya. Saya terus mengutak–atik soal itu dan saya tetap tak menemukan jawabannya di pilihan ganda tersebut. 

Akhirnya saya merasa frustrasi dan melewati soal itu. Tapi di soal–soal berikutnya pun konsentrasi saya sudah buyar dan banyak soal yang tidak bisa saya jawab dengan benar, juga banyak soal yang saya jawab dengan asal–asalan. Apalagi waktu ujian sudah hampir habis. Saya semakin galau, gelisah, gundah gulanah, khawatir, keringat mulai muncul dari dahi. Dan saya keluar dari ruangan ujian tersebut dengan rasa pesimis sambil menundukkan muka, seolah langit ditutupi mendung yang kian gelap, petir menyambar, langit menderu-deru dan memercikkan cahaya kilat di gumpalan–gumpalan awan hitam. Hujan turun begitu derasnya membasahi bumi, ibarat ratusan ribu pasukan yang melepaskan anak panah menghujam tanah.

Dan ternyata benar, begitu menerima hasil ujian nasional, saya dinyatakan tidak lulus pada pelajaran matematika. Sungguh tragis, seorang yang pernah rangking 1, 2, dan 3 justru tidak lulus ujian nasional. Tapi itulah kenyataan, belajar selama 3 tahun ditentukan oleh beberapa jam saja. 

Tapi di sisi lain, banyak yang bisa lulus karena mendapat kunci jawaban soal. Mereka tinggal menyalin saja kunci jawaban yang mereka dapat. 

Lalu apa artinya ujian nasional jika kunci jawabannya sudah menyebar? Lalu apa artinya sekolah jika ujiannya hanya menyalin huruf A, B, C, atau D dan menghitamkan sebuah lingkaran? Lalu apa pentingnya ujian nasional, yang menelan biaya ratusan milyar itu? 

Buat apa sekolah?



Pendidikan,

“Sejauh mana pendidikan mampu mempengaruhi hidup seseorang?”

“Sejauh mana pendidikan mampu mengangkat derajat seseorang?”

“Sejauh mana pendidikan mampu mensejahterakan seseorang?”

“Apa sekolah bisa bikin orang jadi sukses? Apa Kuliah bikin orang jadi sukses?”

“Apa sekolah dan kuliah bisa menjamin masa depan setiap orang?”

“Apa harus menuntut ilmu? Apa salahnya ilmu sampai harus dituntut–tuntut begitu? Hehehe. . .

“Sekolah itu penting gak sih? Kuliah itu penting gak sih?”

“Buat apa sekolah? Buat apa Kuliah?”

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang harus kita renungkan dan kita pertanyakan, minimal untuk diri kita sendiri. 

Kadang kita menemui atau pernah membaca tentang kisah–kisah seseorang yang bisa sukses walau hanya dengan tingkat pendidikan yang rendah, bahkan ada beberapa di antara mereka yang tidak lulus sekolah atau bahkan tidak sekolah sama sekali. Tapi faktanya banyak pula lulusan sarjana yang menambah jumlah angka pengangguran di negara ini. Sering pula kita dengar siswa-siswi juga mahasiswa dan mahasiswi justru berprilaku negatif, mulai dari tawuran, sex bebas, minuman keras, geng motor, sampai terlibat narkoba. Lantas patut kita renungkan, pentingkah sekolah tinggi untuk kita? Buat apa sekolah?

Sabtu, 30 September 2017

Pengangguran di Indonesia Ternyata Kebanyakan Lulusan Sarjana dan Diploma

Faktanya lebih dari 7 juta pengangguran di Indonesia ternyata kebanyakan merupakan lulusan Sarjana dan Diploma. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah lulusan Sarjana dan Diploma yang menganggur berjumlah sekitar 7.5% dan  6.95%, Lulusan SMP 7.80%, SMA 10.34%, SMK  9.51%. Sementara pengangguran lulusan SD ke bawah hanya 3,69%. Nah lohhh... ternyata pengangguran kebanyakan lulusan Diploma dan Sarjana. Justru yang lulusan SD lebih sedikit. 

Dan yang menarik adalah fakta bahwa jumlah penduduk yang bekerja menurut data tahun 2012 adalah 112,8 juta orang, dan dari jumlah tersebut ternyata 55,51 juta orang atau 49.21% dengan kata lain setengahnya merupakan lulusan SD ke bawah, Sekolah Menengah Pertama sebesar 20,29 juta (17,99 persen). Pekerja berpendidikan tinggi hanya sekitar 10,3 juta orang mencakup 3,12 juta orang (2,77 persen) berpendidikan diploma dan 7,25 juta orang (6,43 persen) berpendidikan universitas. 

Nah, ternyata sekolah tinggi yang mengeluarkan biaya yang sangat BUEEESAARRRR  itu tak menjamin kita bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Jadi menurutmu, BUAT APA SEKOLAH & KULIAH?

Tipe-tipe Mahasiswa Berdasarkan Aktivitasnya

Dari niat akan berimbas pada prilaku atau aktivitas. Berdasarkan aktivitasnya, tipe mahasiswa itu sebenarnya ada empat macam:

TIPE KUPU-KUPU,
TIPE KUNANG-KUNANG,
TIPE KURA-KURA,
TIPE KUTU KUMPRET.

Yang pertama TIPE KUPU-KUPU, tipe kupu–kupu maksudnya adalah kuliah pulang–kuliah pulang. Mahasiswa ini adalah mahasiswa yang kuliahnya rajin dan langsung pulang ketika kuliah selesai. Orang tipe ini sebenarnya termasuk anak baik–baik, tidak banyak macam–macam, dan biasanya menghindari perbuatan–perbuatan negatif yang banyak dilakukan oleh para pelajar. Tapi Good is not enaugh, baik saja tidak cukup,  bukan? 

Tipe kupu–kupu biasanya cenderung lebih sering sendiri. Dia menganggap belajar saat pelajaranlah yang terpenting, sementara kegiatan–kegiatan di luar pelajaran seperti organisasi, kegiatan kemahasiswaan, kegiatan himpunan, ataupun sekedar ngobrol dengan teman di luar jam pelajaran tidaklah penting.

Nah, itu dia kelemahannya mahasiswa tipe kupu–kupu. Biasanya kurang bergaul bahkan cenderung autis. 

Yang kedua TIPE KUNANG-KUNANG, tipe kunang–kunang berarti kuliah nangkring–kuliah nangkring. Tipe mahasiswa ini adalah mahasiswa yang sehabis kuliah selalu nangkring, entah itu di kantin, di depan kampus, atau dimanapun. Tapi ada juga mahasiswa yang rajin nangkring di perpustakaan. 

Jadi tipe orang semacam ini bisa negatif bisa juga positif, tergantung dimana dan ngapain dia nangkring.  Pokoknya tergantung nawaitu-nya lah. Tapi kebanyakan negatif. Soalnya banyak banget kan tuh yang nangkring di kantin gak jelas, di pinggir–pinggir jalan, di mal–mal. Dan jarang banget yang nangkringnya di masjid, di perpustakaan, ataupun di tempat–tempat kegiatan positif lainnya.

Yang ketiga, TIPE KURA-KURA. Ini adalah tipe mahasiswa yang aktif di organisasi kemahasiswaan. Kura–kura artinya kuliah rapat–kuliah rapat. Biasanya mahasiswa tipe ini menjadi aktivis di lingkungan kampus seperti kegiatan himpunan dan badan eksekutif mahasiswa, atau unit kegiatan mahasiswa lainnya. Tipe mahasiswa macam ini terbiasa aktif di organisasi. Dan itu memungkinkan mereka memiliki kemampuan organisasi dan kepemimpinan.

Di organisasi banyak banget yang bisa didapat. Misalnya kepemimpinan, kerjasama tim, ataupun hal–hal lain. Karena yang namanya di dunia kerja tuh kita gak lepas dari yang namanya organisasi, tul ga?

Cuma harus hati–hati juga buat tipe mahasiswa ini. Jangan sampai kesibukan berorganisasi mengganggu belajarnya kamu Ok ^_*. Lalu selain itu juga, jangan sampai kelompok organisasinya kamu justru malah membuat perselisihan dengan kelompok lain.

Nah, tipe yang keempat adalah tipe yang tak patut dicontoh. Tipe yang keempat adalah mahasiswa KUTU KUMPRET atau kepanjangannya kuliah tumben kudu di kepret. Ini adalah tipe mahasiswa yang kuliahnya saja sudah tumben belum lagi segala tingkah lakunya yang benar–benar membuatnya kudu di kepret. 

Tipe mahasiswa ini biasanya nilainya pas–pasan atau bahkan amat jelek, belum lagi dari segi absensinya yang buruk yang memungkinkan mereka dikenakan surat peringatan atau bahkan di-drop out. Adapula yang berprilaku negatif seperti minum minuman keras, tawuran, dan kenakalan–kenakalan anak muda lainnya. Yang pasti tipe mahasiswa ini bener–bener kudu di kepret.

Minggu, 24 September 2017

Sulap, Uang keluar dari Dompet


Ini sulap seolah-olah uang terlihat keluar sendir dari dompet. Yang pertama keluar adalah uang 20 ribuan, lalu uang 50 ribuan, dan yang terakhir uang 50 ribuan.

Senin, 04 September 2017

Jika pujangga berujar, Abstrak...

Hidup ibarat roda yang mengalir...
Ada suara gemercik air yang berkicau...
Di kala burung-burung sedang berhembus...
Saat Matahari pun mengalir...
Dan air berkembang...
Serta bunga-bunga ikut bersinar....
Begitulah jika pujangga berujar,
Kadang ia berujar merasa sepi di tengah keramaian...
atau kadang ia Merasa menggigil kedinginan di tengah gurun pasir yang tandus.
Begitulah jika pujangga berujar,
Abstrak...

SEBUAH CERITA DI PENGHUJUNG TAHUN, TENTANG AKU ... DAN RESIGN


31 Desember 2013, di penghujung tahun, 2 tahun yang lalu. Aku melangkah menjauh. Dari pekerjaan yang selama itu kutekuni.

Ya, hari itu ... adalah hari terakhir sebagai karyawan. Aku resign. Bukan sebuah keputusan yang mudah, memang. Menelusuri hari demi hari berbalut keraguan.

Sampai suatu ketika ... sebuah perkataan yang kubaca begitu menghentakku,

“Anda harus menemukan apa yang anda sukai. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup anda, dan kepuasan sejati hanya bisa diraih dengan melakukan sesuatu yang hebat. Dan anda hanya bisa hebat dengan melakukan apa yang anda sukai.Hati anda akan mengatakannya jika anda telah menemukannya.
Waktu hidup terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan anda sehingga tidak mendengar kata hati anda, maka anda pun akan sampai pada apa yang anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomer dua.”
- Steve Jobs -
Yang kemudian kucantumkan dalam surat resignku.

Saat itu, bukan resign yang pertama. Tapi kali itu berbeda, sebuah keputusan yang mengubah jalan hidupku. Sebuah keputusan yang membuatku harus mengucapkan selamat tinggal pada dunia konstruksi, pada RAB, pada besi beton, pada bekisting, pada cut & fill, excavator, tiang pancang, pondasi, pedestal, plat baja, bowplank, bata ringan, atap zincalum, kusen alumunium, analisa harga satuan, ahhhh..... dan lain sebagainya.

Aku berjalan di hari yang baru, di jalan yang baru. Dan mulai menjalaninya.

Berjalan mengikuti ke mana hati ingin melangkah. Walau di tengah perjalannya tidaklah mudah. Yang terkadang seperti berjalan di antara labirin-labirin di ruang yang gelap.

Namun perlahan, seiring dengan bergulirnya waktu, secercah cahaya mulai terlihat. Seutas jalan mulai nampak. Walau mungkin juga memang tak mudah.

Arti sukses

Sukses terdiri dari 6 huruf. Masing-masing ada kepanjangannya. 
S = selalu berusaha sampai berhasil 
U = usaha terus sampai berhasil 
K = kalau belum berhasil usaha terus 
S = sampai berhasil pokoknya usaha terus 
E = eh kan udah dibilangin usaha terus sampai berhasil
S = sudah dibilang berapa kali, usaha terus sampai berhasil

Perbedaan keberuntungan, keuntungan, kebuntungan, dan kebuntuan

Keberuntungan adalah ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan 
.
Keuntungan adalah ketika kesempatan bisa dimanfaatkan menjadi profit dan benefit 
.
Kebuntungan adalah ketika kesempatan tidak bisa dimanfaatkan dan justru menjadi defisit 
.
Kebuntuan adalah ketika ada kesempatan tapi bingung bagaimana memanfaatkannya karena tidak ada kesiapan.
.
Jadi, persiapkan diri dan jemput kesempatan

Butuh fokus untuk mencapai sesuatu


Butuh fokus untuk mencapai sesuatu.
Jangan mudah tergiur dengan keberhasilan orang lain.
Karena setiap bidang pasti selalu ada jalan untuk berhasil.
Pesawat tidak bisa mendarat jika selalu berganti arah dan tujuan.
Perahu tidak bisa menepi jika selalu beganti arah dan tujuan.
Air yang menetes di batu yang keras pun jika fokus bisa
mengubah bentuk batu.
Seperi pepatah Thailand:
"Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok"