Waktu itu kadang suka bingung gimana caranya menyampaikan ke atasan kalau saya mau resign. Harus pake alasan apa. Akhirnya waktu itu jujur aja sesuai dengan apa yang benar-benar saya alami.
Jadi saya kirim surat resign ke atasan yang ditulis dari hati.
Ini surat resign yang waktu itu saya tulis:
Yth.
Pa ****
Sebelumnya
saya minta maaf pak, kalo selama ini saya sering salah, atau sering kurang
maksimal dalam pekerjaan belakangan ini. Saya juga ingin mengucapakan
trimakasih, saya ngerasa disini semuanya baik, kondisi lingkungan kerja, rekan-rekannya,
termasuk Pa ****
yang udah baik banget. Tapi hidup itu ibarat sebuah perjalanan panjang, dimana
di sebuah titik dalam perjalanan tersebut terkadang kita akan temukan
persimpangan. Disaat itulah hati akan memilih dengan sendirinya persimpangan
mana yang akan dipilih. Dan itu yang saya alami saat ini.
Sebelumnya,
saya berpikir tentang pola hidup sama seperti orang lain pada umumnya, Sekolah
> Kuliah > Kerja > pensiun. Saya berpikir sama seperti orang lain pada
umumnya, kalau habis kuliah ya bekerja sebagai karyawan, dengan penghasilan
tetap setiap bulan.
Tapi
belakangan saya berpikir bahwa hidup itu pilihan, dan hidup di dunia itu cuma
satu kali. Ada banyak pertanyaan yang menyeruak dan berkumul dalam benak saya
belakangan ini pa,
“Apa
yang ingin kamu capai?”
“Apa
impian kamu dengan pekerjaan ini?”
“Apa
ini pekerjaan yang menyenangkan dalam hidup kamu?”
“Apa
yang menjadi tujuan kamu?”
“Apa
ini cita-cita kamu?”
“Apa
manfaat yang bisa kamu berikan dalam hidup?”
Kemudian
saya bayangkan diri saya di tempat ini, 1 tahun ke depan, 5 tahun ke depan, 10
tahun ke depan. Tapi rupanya saya nggak mampu menjawab semua pertanyaan itu
pak. Saya ngerasa saya nggak akan berkembang disini pak. Saya nggak tau apa
yang saya tuju beberapa tahun ke depan disini pa. Saya ngerasa semuanya akan
sama saja seperti sekarang.
Saya
banyak baca kisah orang-orang sukses. Dan ternyata kebanyakan bukan karena
pendidikan. Banyak yang di DO, banyak juga yang sukses di bidang yang tak
berkaitan dengan latar belakang pendidikannya. Sampai saya yakini bahwa mereka
semua mengikuti passion, atau
panggilan jiwanya untuk mengerjakan apa yang mereka sukai.
Belakangan saya baru temukan apa yang menjadi passion saya, apa yang menjadi panggilan
jiwa saya untuk menjalani hidup ini pa. Saya ingin membuat usaha penerbitan dan
menerbitkan banyak karya yang inspiratif. Itu hal yang saya pikirikan saat ini.
Saya nggak peduli berapa penghasilan saya dengan itu. Walau disisi lain saya
emang masih banyak kekurangan, tapi saya percaya kalau segala hal jika dikerjakan
dengan hati pasti hasilnya lebih baik. Dan saya percaya bahwa rejeki itu
datangnya dari Allah. Dan pintu rejeki itu ada di setiap penjuru.
Jadi
dengan berat hati kemungkinan saya bakal bernti dari *****, pa. Ini bukan soal
gaji, atau apapun. Tapi ini lebih kepada pilihan hidup, pilihan hati. Dan saya
berharap ini pilihan yang terbaik untuk saya, dan juga untuk perusahaan. Sekali
lagi saya minta maaf pa.
Berat
banget buat ngambil keputusan ini pa, disini semuanya baik, tapi saya ngerasa
harus mengikuti kata hati saya, walaupun beresiko. Dan saya inget sebuah
kutipan pidato dari Steve Jobs, yang kurang lebih seperti ini,
“Anda harus menemukan apa yang anda sukai. Itu berlaku baik untuk
pekerjaan maupun pasangan hidup anda. Pekerjaan anda akan menghabiskan sebagian
besar hidup anda, dan kepuasan sejati hanya bisa diraih dengan melakukan
sesuatu yang hebat. Dan anda hanya bisa hebat dengan melakukan apa yang anda
sukai.Hati anda akan mengatakannya jika anda telah menemukannya.
Waktu hidup terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup
orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil
pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan anda sehingga
tidak mendengar kata hati anda, maka anda pun akan sampai pada apa yang anda
inginkan. Semua hal lainnya hanya nomer dua.”
Sekali
lagi saya minta maaf pa. Tapi saya yakin dengan keputusan saya. Maaf kalau yang
saya ungkapkan di atas terlalu dramatis. Tapi saya cuma ingin semuanya jelas
dan tak ada persepsi lain soal ini. Selebihnya jika ada yang kurang, mungkin
nanti bisa saya bicarakan dikantor.
Trimakasih,
~Rival~