Sedari dulu
semenjak SD aku selalu sekolah di sekolah negeri. Tapi di SMP prestasiku merosot tajam. Dan
akhirnya aku masuk sekolah SMA swasta.
Di awal semester
aku mendapatkan ranking 3. Itu cukup lumayan buatku. Dan ternyata di semester
berikutnya aku mendapatkan ranking pertama. Dan hal itu menempatkanku di kelas
favorit di tahun berikutnya.
Setelah setahun
menjalani hari di kelas favorit, aku pun memilih bidang IPA setelah naik ke kelas
3. Saat itu aku mendapatkan ranking 2.
Dan tak terasa
hampir 3 tahun aku menjalani hari di sekolah ini. Aku pun merasa prestasiku
dibilang cukup memuaskan karena sempat merasakan ranking 1, 2, dan 3. Dan beberapa
saat lagi kami akan mengikuti Ujian nasional.
Ini hari pertama
kami di ujian nasional. Pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Tanpa
menganggap pelajaran ini sebelah mata aku pun menyelesaikannya dengan baik.
Nampak tak ada masalah yang berarti.
Di hari kedua
pelajaran Bahasa Inggris, walaupun ga semudah hari pertama, tapi memang tidak
ada hal yang cukup menyulitkan.
Hari ketiga
adalah pelajaran matematika. Sebenarnya kau telah mempersiapkan pelajaran ini.
Beberapa hari sebelumnya aku latihan soal hingga larut malam. Namun entah ada
angin apa di hari itu membuatku cemas.
“Bagaimana jiga gagal, bagaimana jika tidak lulus?” kata – kata itu merasup ke
dalam pikiranku. Ingin ku enyahkan semua kata – kata itu, namun ku hanya terus
mencoba meyakinkan diri ini bahwa ku bisa.
Di sisi lain
kunci jawaban soal ujian nasional nampaknya telah bocor. Aku tak tau mengapa
bisa begitu. Beberapa dari mereka ada yg mencatatnya di selembar kertas kecil,
ada pula yang mencatat di uang kertas atau menyalinnya di Handphone mereka.
Sempat tersiat di benakku untuk memakai kunci jawaban itu juga, namun batinku
menentangnya. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa aku bisa mengerjakan itu
semua dengan kemampuanku sendiri. Namun di sisi lain ada sebagian dari
pikiranku yang mencemaskan jika aku gagal.
Soal pun
dibagikan, dan aku langsung mulai mengerjakan soal tersebut. Bayang – bayang
kegagalan pun kembali menghantuiku ketika aku memulai mengerjakan soal pertama.
Soal yang sebenarnya simpel hanya mencari nilai x, y, dan z, dari 3 persamaan. Namun
entah kenapa sorot mataku tak melihat satu pun jawaban yang cocok dari beberapa
pilihan. Kemudian aku coba hitung lagi, kali ini jawabanku berbeda dari
sebelumnya, hanya saja aku masih tak temukan jawabannnya di pilihan ganda.
Entah berada dimana aku balikkan kertasnya pun tetap ku tak temukan jawabannya.
Waktu terus
bergulir, keringat dingin bercucuran, sementara aku tetap berkutat dengan soal
itu, soal yang ku tak temukan jawabannya juga. Hingga hampir setengah jam
berlalu dan akhirnya aku putuskan tuk tinggalkan soal itu dan berlanjut ke soal
berikutnya. Namun rupanya konsentrasikut telah terkuras dan terpecah akibat
soal yang pertama tadi. Akhirnya banyak soal yang diisi asal dan banyak pula
yang tidak diisi.
Waktu pun
semakin menipis, ubun – ubunku semakin panas menguap seperti air yang mendidih.
Dan ketika waktu habis aku keluar dari kelas dengan penuh rasa pesimis. Aku
menundukkan kepala dan merasa kecewa dengan apa yang kualami hari itu.
Beberapa waktu
kemudian hasil ujian nasional pun dikirim ke rumah masing – masing. Ku sobek
perlahan dengan perasaan yang tak menentu. Kuintip sedikit dan…
Yah……….. aku tak
lulusss
Tapi aku ingat
akan satu potongan ayat yaitu surat Al- Baqarah ayat 216
"Tetapi
boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu,padahal itu baik bagimu,dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu,padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,sedang
kamu tidak mengetahui”
Tiga bulan kemudian aku ikut ujian susulan dengan hasil yang jauh lebih
memuaskan. Dan karena sempat tidak lulus aku jadi sempat berpikir dan
mempersiapkan diri hingga akhirnya masuk ke perguruan tinggi negeri.
EmoticonEmoticon