Dalam
hutan yang lebat terdengar raungan singa yang begitu membahana ke seluruh
hutan. “Auuummmmmmmmm,” begitulah suara singa itu. Dan ketika singa mengaum
semua penghuni hutan terdiam, terpaku dan terhenyak. Mereka merinding mendengar
teriakan singa.
Sudah
sejak dahulu singa menjadi raja hutan. Dan raja hutan untuk periode kali ini
adalah seekor singa berbadan besar dan berwajah sangar, Singaraja namanya. Hari
itu ia mengaum mengumandangkan suara sangarnya ke seluruh antero hutan. Ia baru
saja kegirangan karena baru memiliki satu putra lagi. Ya, putra ketiganya lahir
pada hari itu dan ia beri nama Leo. Sekor anak singa yang lucu hadir di tengah
hutan itu. Seluruh kerajaan merayakan kelahiran putra raja.
“Anak
ini akan menjadi penerusku, anak ini akan menjadi singa yang kuat dan ditakuti
hewan – hewan lain.” Kata sang Raja di hadapan seluruh hewan penghuni hutan itu
yang ia kumpulkan untuk merayakan kelahiran anaknya. Semua hewan lain hanya
tertunduk dan terpaksa mengiyakan apa yang dikatakan sang raja.
Singaraja
merupakan raja hutan yang dikenal sangat ditakuti oleh hewan – hewan lain. Ia
menerapkan kebijakan upeti dan pajak yang tinggi pada rakyat hutan yang ia
pimpin. Apalagi ketika ia lapar ia tak segan – segan mengoyak perut rusa, atau
kancil hidup – hidup untuk memenuhi kebutuhan perutnya.
Lia,
ibu pangeran kecil yang baru lahir itu kala itu tengah memeluk anaknya.
Sedangkan Singaraja sedang berburu. Suatu ketika sang ibu itu menatap anaknya
sambil berbicara padanya,
“Nak,
ibu harap kamu tidak seperti ayahmu yang kejam yah nak. Ibu harap kamu jadi
anak yang baik, yang bisa menolong dan membantu yang susah.” Ucap sang ibu pada
anaknya yang masih belum mengerti apa – apa.
Tapi
singaraja selalu menginginkan anaknya menjadi singa yang kejam dan kuat. Hal
itu ia tunjukkan ketika membawa anak pertama dan keduanya Muson dan Simba untuk
ikut berburu bersamanya. Walaupun hal itu ditentang oleh ibu dari anak – anak
itu.
“Mas,
jangan bawa mereka berburu mas, mereka masih kecil. Mereka terlalu kecil untuk
melihat kekejamanmu !” Kata Lia.
“Sudahlahhhh,
kamu tak usah larang aku bawa anak – anak. Kita ini singa, harus bisa berburu.
Apalagi kita dari keluarga kerajaan. Jadi lebih baik dari kecil mereka dididik
untuk berburu. Supaya mereka jadi anak yang gagah.” Ujar Singaraja.
Ketika
pertama kali di ajak ayahnya berburu, Muson dan Simba awalnya takut ketika
melihat ayahnya mengejar rusa dan mengoyak – ngoyak daging rusa itu dengan gigi
yang tajam lalu melahapnya. Tapi kini mereka berdua mulai terbiasa melihat
kejadian itu. Mereka mulai merasakan jiwa sebagai seekor singa. Mereka mulai
mencoba mengejar anak rusa. Yah, walaupun mereka belum berhasil menyergap si
rusa tapi usaha mereka patut diperhitungkan.
Dengan
kebengisan dan kekejaman si raja hutan, tak heran jika banyak yang membenci
dirinya. Di hadapan sang raja seluruh hewan penghuni hutan tunduk patuh pada
sang raja, namun di sisi lain mereka sebenarnya membenci Sang raja.
***
Suara
tangisan pun terdengar dari dalam hutan,
“Hai,
kamu kenapa ?” Tanya sang kambing pada seekor rusa betina.
“Anaku.
. . .anaku diambil prajurit raja untuk dijadikan santapan raja bersama
prajuritnya.” Kata induk rusa itu sambil menangis.
“Kurang
ajarrrrrrrr. . . . . .!!!” Kata sang Kambing yang begitu marahnya.
Kambing
itu juga merasa benci pada si raja hutan. Karena adiknya beberapa tahun yang
lalu juga dimangsa oleh si raja hutan itu. Ia pun berencana untuk balas dendam
pada Singaraja si raja hutan.
“Aku
akan balas dendam pada si raja hutan itu hai rusa.” Ujar si Kambing pada rusa
betina itu.
“Tapi
bagaimana caranya ?” Tanya Rusa betina.
“Aku
akan ambil anaknya, lalu kita buang ke sungai.” Kata si Kambing.
Si
induk rusa hanya menggeleng – gelengkan kepala. Ia sebenarnya tak setuju dengan
tindakan si kambing. Namun rasa bencinya pada Singa itu membuatnya meng-ia-kan
ide si kambing itu.
***
Hari
itu di istana kerajaan berkumpullah para singa yang sedang melakukan upacara.
Dan disaat itulah si kambing merasa punya kesempatan untuk menculik anak raja.
Disaat seluruh keluarga raja beserta para prajurit sibuk mengadakan upacara ia
pun mengendap – ngendap melalui dinding belakang istana kerajaan. Langkahnya
perlahan – lahan nyaris tak terdengar, ia mulai masuk ke istana raja, membuka
pintu demi pintu istana secara perlahan mencari
keberadaan anak bungsu sang raja.
Setelah
mengendap – ngendap akhirnya ia temukan juga kamar anak bungsu Sang raja itu.
Dan kebetulan saja disana sedang tidak ada yang menjaga. Ia pun segera
mengambil kesempatan itu untuk menculik Leo si anak Singa.
“Hai
ibu rusa, lihat nih aku sudah berhasil menculik anak Si raja singa itu.
Selanjutnya ku serahkan padamu. Biar kau yang membalas dendam atas anakmu yang
dimangsa sang raja.” Kata si Kambing pada induk rusa.
Setelah
menyerahkan anak singa itu, si kambing pun langsung pergi. Semantara si induk
rusa yang dendam pada sang raja membawa anak itu ke tepian jurang. Di bawah
jurang itu terdapat sungai yang mengalir deras. Ia pun teringat akan anaknya
yang dimangsa sang raja. Lalu segera saja rasa dendam itu kian menjadi. Ia pun
berniat tuk melempar anak singa itu ke dasar jurang yang di dasarnya mengalir
sungai yang deras. Namun belum sempat ia melempar anak singa itu, anak singa
itu tertawa lucu menggemaskan. Si induk rusa pun teringat akan anaknya yang
lucu. Ia pun tak kuasa melempar anak selucu itu ke dasar sungai. Otot tangannya
seolah terhenti ketika melihat wajah anak singa yang lucu itu. Akhirnya ia
mengurungkan niatnya dan menunda sampai suatu saat.
Ia
pun membawa pulang anak singa itu, memandanginya dan memikirkan langkah
selanjutnya mau diapakan anak singa itu. “Mungkin nanti saja ketika anak itu
sudah agak besar aku akan lemparkan ke jurang.” Pikirnya kala itu.
Untuk
saat ini anak singa itu tinggal bersama si induk rusa dan kedua anaknya yang
lain. Mereka bersembunyi di dalam gua karena takut ada prajurit raja yang
memangsa mereka lagi. Sementara di istana kerajaan baru disadari kalau Leo anak
raja yang masih bayi ternyata hilang. Kepanikan pun melanda isi istana, “Leoo.
.. . . .anakku dimana Leooo. . . . .???”
Teriak ibunya yang juga istri raja. Seluruh prajurit istana pun turut mencari
Leo ke seluruh istana, raja singa pun turut panik mendengar berita kehilangan
anaknya itu. Ia menggelar sayembara dengan hadiah besar untuk menemukan anaknya
yang hilang. Sementara si induk rusa juga mulai panik. Ia takut kalau ketauan
menyembunyikan anak sang raja.
Hari
berganti hari anak singa yang hilang itu pun belum juga ditemukan. Untuk saat
ini si ibu rusa aman karena apa yang dilakukannya tidak ketahuan. Namun ada
yang mengganjal dalam pikiran si ibu rusa itu. Ia tak tau mau diapakan anak
singa itu. Di sisi lain ia merasa dendam pada si raja singa, tapi di sisi lain
ia merasa tak tega untuk membunuh anak singa selucu itu.
Ketika
sedang berpikir mengenai hal itu ada suara yang memanggil dirinya, “Mamaa. . .
. . . . .mama. . . . . .” Itulah yang
terdengar di mulut gua itu. Rupanya itu adalah suara si anak singa itu. Spontan
si ibu rusa merasa kaget mendengarnya karena si anak singa itu memanggil
dirinya dengan sebutan mama. Ia pun semakin tak kuasa untuk membunuh anak singa
itu. Dan untuk sementara justru si ibu rusa menganggapnya sebagai anak, seperti
kedua anaknya yang lain Rama dan Romi. “Tapi bagaimana jika sudah besar anak
singa ini memakan anak – anakku yang lain ?” Tanya si ibu rusa pada dirinya
sendiri dengan rasa khawatir.
***
Suatu
ketika si ibu rusa mengajak anak – anaknya untuk mencari makan, termasuk si
anak singa itu yang ia angkat sebagai anak. Si ibu rusa dan kedua anak
kandungnya memakan rumput – rumput yang tumbuh di hutan. Leo pun mencoba
mengikuti apa yang dilakukan mereka namun ia langsung memuntahkannya lagi,
beberapa kali seperti itu. Tapi setelah mencoba untuk memakan rumput akhirnya
si anak singa itu mulai terbiasa memakan rumput. Rasa kekhawatiran si ibu singa
pun semakin lama semakin sirna ketika melihat si anak singa mulai terbiasa makan
rumput. Apalagi ia terlihat sering bercanda dengan kedua anaknya yang lain.
Tapi
suatu ketika si anak singa bertanya pada si ibu rusa itu, “mama. . . . kenapa
yah aku ini kok berbeda dengan kakak – kakakku dan juga mama ?” Tanya anak
singa itu.
Si
ibu rusa terdiam terpaku sejenak. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya
ketika mendengar pertanyaan itu. Lalu ia mendekap si anak singa itu dan
berkata, “Nak, kamu anak mama nak, kamu anak mama .” Ucap si Ibu rusa pada anak
singa itu. Nampakany si ibu rusa benar – benar mengurungkan niat awalnya untuk
membunuh anak singa itu. Justru sebaliknya, si Ibu rusa merasa amat menyayangi
anak singa itu seperti anaknya sendiri.
***
Hari
berganti hari, waktu berganti waktu, dari hari ke hari ketika Si anak Singa itu
ingin bermain ke luar selalu saja di larang oleh si ibu rusa. Ia tak mengerti,
kenapa mamanya selalu melarangnya
bermain sendiri ke luar, sementara kedua saudaranya selalu diijinkan. Ia pun
selalu bertanya pada dirinya sendiri mengapa ia berbeda dengan saudaranya dan mamanya.
Hal itu yang menuntun langkahnya untuk mencari tau.
Ia
pun melangkah keluar gua secara perlahan tanpa sepengetahuan mamanya. Hutan
yang lebat ia telusuri. Ada banyak hal yang ia lewati yang belum pernah ia
jumpai. Tapi ada sesuatu yang aneh ketika ia menjumpai anak kancil di hutan
itu. Entah kenapa anak kancil itu langsung lari ketika melihat dirinya. Begitu
pun dengan sekumpulan ayam hutan dan beberapa hewan lainnya. Ia semakin tak
mengerti mengapa hewan – hewan itu lari ketika melihat dirinya.
Semakin
banyak jejak langkah yang ia buat di hutan itu semakin banyak pula tanda tanya
dalam pikirannya. “Sebenarnya aku ini siapa ? Mengapa semua tampak aneh bagiku
?” Tanya anak singa itu pada dirinya sendiri. Rasa penasaran pun semakin
merasupi ke dalam pikirannya sampai suatu ketika ia melihat sebuah bangunan
yang cukup megah di tengah hutan itu. Ouww itu rupanya adalah istana tempat si Singaraja
tinggal. Rasa penasaran menuntun langkahnya mendekati bangunan itu.
Tapi
belum sempat beberapa langkah ia melihat suatu kejadian yang membuatnya takut.
Rupanya seekor hewan buas sedang mengejar seekor kancil. Kancil itu pun lari
terbirit – birit karena tidak ingin jadi santapan hewan buas itu. Namun
akhirnya hewan buas itu berhasil menerkam mangsanya dan mengoyak – ngoyak tubuh
mangsanya sebelum menelannya. Rupanya hewan buas itu adalah singa. Ia amat
membenci hewan itu. Kenapa hewan itu begitu kejam. Namun ketika ia melihat
dirinya di permukaan air yang tenang batinnya kembali bertanya, “Singa, kenapa
hewan buas itu bentuknya mirip denganku, apakah aku adalah singa ?” Tanya anak
itu pada dirinya. Namun batinnya menentang hal itu, “Enggak mungkin, enggak
mungkin. Aku bukan singa, aku bukan singa, aku gak mauuuuu jadi singaaaaa.”
Ucap anak itu sambil menjauhi diri dari permukaan air.
Sementara
di sisi lain si ibu rusa baru menyadari kalau si anak singa itu tidak ada. Ia
lantas kebingungan mencari anak angkatnya itu. Ia amat menghawatirkan jika anak
itu ditemukan pihak istana, “Nak. . ..dimana kamu ??” Teriak si ibu rusa.
Si
anak singa meneruskan perjalanannya dengan batin yang semakin tak tenang. Ia
terus bertanya dalam dirinya, “Siapakah aku ?”. Tapi hingga saat ini ia belum
menemukan jawabannya.
Di
tengah perjalanannya, ada suara yang seolah memanggilnya, “Leoooo. . ..
.Leoooooo. . . .!!”. Anak itu menoleh ke kanan dan ke kiri, rupanya di kejauhan
seekor singa betina yang memanggil nama itu. “Ya, kamu Leooo. . . .Leo
anakkku.” Ucap Ibu singa itu sambil mendekatinya. “Akuuuu ?” Tanya anak itu.
“Ya, kamu pasti Leo, rupanya kau disini nak, ibu sudah mencarimu kemana – mana.”
Kata Induk singa itu sambil memeluknya.
“Aku
bukan Leo yang kau maksud, aku ini Rudi anak rusa bukan anak singa yang kau
maksud.” Jawabnya pada ibu singa itu.
“Tidak
nak, kau itu Leo kau itu Singa bukan rusa. Lihatlah rupamu nak !” Kata Ibu
singa itu.
Leo
hanya berpikir sejenak. Ia menyadari bahwa dia memang berbeda dengan rusa.
Justru ia lebih mirip dengan singa – singa lain. Mendengar ucapan si ibu singa
itu ia justru perlahan – lahan yakin kalau dirinya adalah singa bukan rusa.
“Ikutlah
dengan ibu nak ke istana. . . !!” Ajak si Ibu singa.
Setelah
dibujuk – bujuk akhirnya ia pun mau ikut ajakan ibu singa itu. Di sepanjang
perjalanan ia bertanya banyak hal tentang dirinya dan keluarganya. Dan ia
perlahan mulai yakin kalau ibu singa itu memanglah ibu kandungnya.
***
Mereka
pun tiba di istana kerajaan. Si anak singa itu terkagum kagum melihat istana
yang begitu megah. Ia amat tak menyangka bahwa dirinya adalah putra raja dan
akan tinggal di istana semegah itu. Sesampainya di istana itu ia langsung
disambut pasukan kerajaan dengan rasa hormat. Terlebih ketika raja
menghampirinya dan memeluk dirinya.
“Nak,
ayah sudah lama menantimu, kamu kemana saja selama ini nak ?” Tanya sang raja.
“A.
. . .a. . . .aku baik – baik saja kok yah.” Jawab Leo.
Sejak
saat itu Leo si singa kecil tinggal di istana bersama ayah dan ibu kandungnya.
Ia merasa senang tinggal di istana yang megah. Tapi ia entah kenapa ia pun
merindukan ibu rusa yang selama ini merawat dan memelihara dirinya. Ingin
sekali rasanya jika si ibu rusa dan kedua saudara rusanya Rama dan Romi tinggal
lagi bersamanya di istana semegah ini. Tapi pikirannya segera ditepis. “Kalo
ayah sampai tau, selama ini aku tinggal dengan ibu rusa, entah apa yang terjadi
pada ibu rusa dan kedua saudara rusaku.” Pikir Leo.
Di
halaman istana Leo pun merasa lapar. Ia menyantap rerumputan yang tumbuh di
halaman istana. Ia sudah biasa menyantap tumbuh – tumbuhan seperti rerumputan.
Namun hal itu nampak aneh bagi seluruh penghuni istana. Dan segeralah tersiar
kabar bahwa anak raja ternyata memakan rerumputan. Raja pun merasa resah mendegar
hal itu. Lantas ia pun langsung memanggil anaknya ke hadapannya.
“Nak,
apa benar kau itu sekarang makan rerumputan ?” Tanya sang raja.
“I.
. . .i. . .ia ayah memangnya kenapa ?” Jawab Leo sambil bertanya balik.
“Kamu
tau kan, kita ini singa. Tidak sepantasnya kita ini makan tanaman. Kita ini
pemakan daging, apalagi kita dari kalangan istana. Kau mengerti kan ?” Kata
Sang raja pada anaknya.
Leo
hanya terdiam menyikapi ucapan ayahnya.
“Oke
kamu ikut ayah, akan ayah ajarkan bagaimana caranya berburu !” Ucap ayahnya
sambil mengajaknya berburu.
***
Di
tengah hutan si raja singa berserta prajuritnya bersiap tuk mencari mangsa. Leo
pun turut ikut dan menyaksikan apa yang akan mereka lakukan.
“Pengawal,
lihat kancil itu !” Kata sang raja sambil menunjuk kancil yang sedang asik
makan dedaunan.
“Ia
raja.” Jawab Pengawal.
“Kau
mangsa kancil itu sekarang !” Kata sang raja memerintah pengawalnya.
“
Baik raja.” Jawab pengawal.
Pengawal
pun langsung mengejar kancil itu dengan berlari secepat mungkin. Si kancil yang
menyadari nyawanya terancam pun lari dari kejaran singa. Kejar – kejaran pun
terjadi selama beberapa menit sebelum akhirnya si pengawal raja berhasil
menerkam kancil itu dengan gigi tajamnya. Melihat kejadian itu Leo berusaha
untuk tutup mata. Ia tak kuasa menyaksikan kejadian sekejam itu.
“Kau
lihat itu nak. Itu yang seharusnya dilaukan oleh seekor singa.” Kata Raja pada
anaknya.
“Tidak
ayah, aku tidak bisa.” Jawab Leo.
“Kau
harus bisa nak, kau lihat ini.” Kata ayahnya sambil berlari mengejar mangsanya.
“Nak.
. . .nak dimanakah kau. . . mama mencarimu nak. . . .” Terdengar suara seperti
itu. Dan hewan yang menyebut kata – kata itulah yang dikejar oleh si raja singa.
Hewan itu tak memerhatikan ada singa yang hendak memangsanya. Ia hanya fokus
mencari anaknya yang hilang.
“Oh
tidakkk itu mamaa. . . . . . .mama rusa. . . . . .” Kata Leo sambil mengejar
ayahnya yang hendak memangsa mama rusanya.
“Ayahhhhh
jangan ayahhhhh jangannnn. . . .!!”
“Menyingkir
kau nak, biarkan ayah memangsanya.”
“Tidak
ayah, jangan, aku takkan membiarkan ayah memangsanya.”
“Memangnya
kenapa nak, menyingkirlah nak akan ayah tunjukkan bagaimana seharusnya menjadi
singa.”
“Tidak
ayah, ia adalah mamaku ayah. Ia yang merawatku selama ini, ia yang mengasihiku
ayahh.”
Si
raja singa pun hanya terdiam mendengar ucapan anaknya itu. Ia pun mengurungkan
niatnya untuk memangsa rusa itu.
“Ayo nak mari kita pulang !” Ucap ayahnya.
Leo
pun pulang kembali ke istana. Namun kepalanya masih menoleh ke belakang dan
menatap mama rusanya yang kehilangan dirinya.
“Mama.
. . . . .” ucapnya pelan.
Mama
rusanya hanya diam terpaku tanpa suara melihat anak angkatnya perlahan menjauhi
dirinya.
***
Beberapa
hari kemudian timbullah suatu kegemparan di seluruh isi istana. Tiba – tiba
saja tanpa sebab yang jelas sang raja mengumpulkan seluruh penghuni istana.
Seluruh penghuni istana pun wajahnya pucat pasi. Mereka takut dianggap telah
melakukan kesalahan sehingga raja mengumpulkan mereka di halaman istana. Tak
lama kemudian raja pun mulai bicara maksud dan tujuannya.
“Hmmmm.
. . . .Selamat pagi semuanya.” Ucap sang raja. Seluruh penghuni istana pun
terheran – heran karena raja tak seperti biasanya sesantun ini. Kemudian raja
pun meneruskan pembicaraannya.
“Sebelumnya
saya mohon maaf telah mengumpulkan bapak – bapak dan ibu – ibu disini.” Seluruh
isi istana makin terheran – heran karena biasanya raja menyampaikan kata – kata
yang keras namun kali ini ia sudah seperti kepala desa yang berpidato di
hadapan warga desa.
“Maksud
saya mengumpulkan kalian disini adalah untuk mengumumkan bahwa saya mulai hari
ini mengundurkan diri sebagai raja hutan.” Ucap sang raja.
Seluruh
isi istana semakin tercengang dibuatnya. Seluruh istana bergemuruh seolah tak
percaya akan yang dikatakan oleh sang raja. Tapi kali itu ia memang benar –
benar mengundurkan diri. Seluruh isi istana bertanya – tanya apa yang membuat
raja mengundurkan diri. Tapi kali itu raja tak mengungkapkan alasannya kenapa
ia mengundurkan diri.
Dan yang menarik lagi, keesokan harinya raja,
istrinya dan ketiga anaknya keluar dari istana. Ruapanya raja hendak menjadi
rakyat biasa. Kehidupan sebagai raja memang mewah, dan ditakuti banyak orang.
Tapi Leo membuatnya berpikir bahwa hidup sederhana sebagai rakyat biasa bersama
keluarga jauh lebih menyenangkan. Mereka pun membangun rumah sederhana, dan
ternyata rumah sederhana itu letaknya berdekatan dengan gua tempat si ibu rusa
tinggal. Dan mulai hari itu Leo pun senang karena bisa tinggal bersama
keluarganya sekaligus tiap hari bisa bertemu dengan mama rusa dan saudara rusanya.
***
Sebuah cerpen
Karya: Rival Ardiles
EmoticonEmoticon