Rabu, 04 Oktober 2017

Cerpen: Leo, Si Singa Kecil


Dalam hutan yang lebat terdengar raungan singa yang begitu membahana ke seluruh hutan. “Auuummmmmmmmm,” begitulah suara singa itu. Dan ketika singa mengaum semua penghuni hutan terdiam, terpaku dan terhenyak. Mereka merinding mendengar teriakan singa.

Sudah sejak dahulu singa menjadi raja hutan. Dan raja hutan untuk periode kali ini adalah seekor singa berbadan besar dan berwajah sangar, Singaraja namanya. Hari itu ia mengaum mengumandangkan suara sangarnya ke seluruh antero hutan. Ia baru saja kegirangan karena baru memiliki satu putra lagi. Ya, putra ketiganya lahir pada hari itu dan ia beri nama Leo. Sekor anak singa yang lucu hadir di tengah hutan itu. Seluruh kerajaan merayakan kelahiran putra raja.

“Anak ini akan menjadi penerusku, anak ini akan menjadi singa yang kuat dan ditakuti hewan – hewan lain.” Kata sang Raja di hadapan seluruh hewan penghuni hutan itu yang ia kumpulkan untuk merayakan kelahiran anaknya. Semua hewan lain hanya tertunduk dan terpaksa mengiyakan apa yang dikatakan sang raja.

Singaraja merupakan raja hutan yang dikenal sangat ditakuti oleh hewan – hewan lain. Ia menerapkan kebijakan upeti dan pajak yang tinggi pada rakyat hutan yang ia pimpin. Apalagi ketika ia lapar ia tak segan – segan mengoyak perut rusa, atau kancil hidup – hidup untuk memenuhi kebutuhan perutnya.

Lia, ibu pangeran kecil yang baru lahir itu kala itu tengah memeluk anaknya. Sedangkan Singaraja sedang berburu. Suatu ketika sang ibu itu menatap anaknya sambil berbicara padanya,

“Nak, ibu harap kamu tidak seperti ayahmu yang kejam yah nak. Ibu harap kamu jadi anak yang baik, yang bisa menolong dan membantu yang susah.” Ucap sang ibu pada anaknya yang masih belum mengerti apa – apa.

Tapi singaraja selalu menginginkan anaknya menjadi singa yang kejam dan kuat. Hal itu ia tunjukkan ketika membawa anak pertama dan keduanya Muson dan Simba untuk ikut berburu bersamanya. Walaupun hal itu ditentang oleh ibu dari anak – anak itu.

“Mas, jangan bawa mereka berburu mas, mereka masih kecil. Mereka terlalu kecil untuk melihat kekejamanmu !” Kata Lia.

“Sudahlahhhh, kamu tak usah larang aku bawa anak – anak. Kita ini singa, harus bisa berburu. Apalagi kita dari keluarga kerajaan. Jadi lebih baik dari kecil mereka dididik untuk berburu. Supaya mereka jadi anak yang gagah.” Ujar Singaraja.

Ketika pertama kali di ajak ayahnya berburu, Muson dan Simba awalnya takut ketika melihat ayahnya mengejar rusa dan mengoyak – ngoyak daging rusa itu dengan gigi yang tajam lalu melahapnya. Tapi kini mereka berdua mulai terbiasa melihat kejadian itu. Mereka mulai merasakan jiwa sebagai seekor singa. Mereka mulai mencoba mengejar anak rusa. Yah, walaupun mereka belum berhasil menyergap si rusa tapi usaha mereka patut diperhitungkan.

Dengan kebengisan dan kekejaman si raja hutan, tak heran jika banyak yang membenci dirinya. Di hadapan sang raja seluruh hewan penghuni hutan tunduk patuh pada sang raja, namun di sisi lain mereka sebenarnya membenci Sang raja.
***

Suara tangisan pun terdengar dari dalam hutan,

“Hai, kamu kenapa ?” Tanya sang kambing pada seekor rusa betina.

“Anaku. . . .anaku diambil prajurit raja untuk dijadikan santapan raja bersama prajuritnya.” Kata induk rusa itu sambil menangis.

“Kurang ajarrrrrrrr. . . . . .!!!” Kata sang Kambing yang begitu marahnya.

Kambing itu juga merasa benci pada si raja hutan. Karena adiknya beberapa tahun yang lalu juga dimangsa oleh si raja hutan itu. Ia pun berencana untuk balas dendam pada Singaraja si raja hutan.

“Aku akan balas dendam pada si raja hutan itu hai rusa.” Ujar si Kambing pada rusa betina itu.

“Tapi bagaimana caranya ?” Tanya Rusa betina.

“Aku akan ambil anaknya, lalu kita buang ke sungai.” Kata si Kambing.

Si induk rusa hanya menggeleng – gelengkan kepala. Ia sebenarnya tak setuju dengan tindakan si kambing. Namun rasa bencinya pada Singa itu membuatnya meng-ia-kan ide si kambing itu.
***

Hari itu di istana kerajaan berkumpullah para singa yang sedang melakukan upacara. Dan disaat itulah si kambing merasa punya kesempatan untuk menculik anak raja. Disaat seluruh keluarga raja beserta para prajurit sibuk mengadakan upacara ia pun mengendap – ngendap melalui dinding belakang istana kerajaan. Langkahnya perlahan – lahan nyaris tak terdengar, ia mulai masuk ke istana raja, membuka pintu demi pintu istana secara perlahan mencari  keberadaan anak bungsu sang raja.

Setelah mengendap – ngendap akhirnya ia temukan juga kamar anak bungsu Sang raja itu. Dan kebetulan saja disana sedang tidak ada yang menjaga. Ia pun segera mengambil kesempatan itu untuk menculik Leo si anak Singa.

“Hai ibu rusa, lihat nih aku sudah berhasil menculik anak Si raja singa itu. Selanjutnya ku serahkan padamu. Biar kau yang membalas dendam atas anakmu yang dimangsa sang raja.” Kata si Kambing pada induk rusa.

Setelah menyerahkan anak singa itu, si kambing pun langsung pergi. Semantara si induk rusa yang dendam pada sang raja membawa anak itu ke tepian jurang. Di bawah jurang itu terdapat sungai yang mengalir deras. Ia pun teringat akan anaknya yang dimangsa sang raja. Lalu segera saja rasa dendam itu kian menjadi. Ia pun berniat tuk melempar anak singa itu ke dasar jurang yang di dasarnya mengalir sungai yang deras. Namun belum sempat ia melempar anak singa itu, anak singa itu tertawa lucu menggemaskan. Si induk rusa pun teringat akan anaknya yang lucu. Ia pun tak kuasa melempar anak selucu itu ke dasar sungai. Otot tangannya seolah terhenti ketika melihat wajah anak singa yang lucu itu. Akhirnya ia mengurungkan niatnya dan menunda sampai suatu saat.

Ia pun membawa pulang anak singa itu, memandanginya dan memikirkan langkah selanjutnya mau diapakan anak singa itu. “Mungkin nanti saja ketika anak itu sudah agak besar aku akan lemparkan ke jurang.” Pikirnya kala itu.

Untuk saat ini anak singa itu tinggal bersama si induk rusa dan kedua anaknya yang lain. Mereka bersembunyi di dalam gua karena takut ada prajurit raja yang memangsa mereka lagi. Sementara di istana kerajaan baru disadari kalau Leo anak raja yang masih bayi ternyata hilang. Kepanikan pun melanda isi istana, “Leoo. .. .  . .anakku dimana Leooo. . . . .???” Teriak ibunya yang juga istri raja. Seluruh prajurit istana pun turut mencari Leo ke seluruh istana, raja singa pun turut panik mendengar berita kehilangan anaknya itu. Ia menggelar sayembara dengan hadiah besar untuk menemukan anaknya yang hilang. Sementara si induk rusa juga mulai panik. Ia takut kalau ketauan menyembunyikan anak sang raja.

Hari berganti hari anak singa yang hilang itu pun belum juga ditemukan. Untuk saat ini si ibu rusa aman karena apa yang dilakukannya tidak ketahuan. Namun ada yang mengganjal dalam pikiran si ibu rusa itu. Ia tak tau mau diapakan anak singa itu. Di sisi lain ia merasa dendam pada si raja singa, tapi di sisi lain ia merasa tak tega untuk membunuh anak singa selucu itu.

Ketika sedang berpikir mengenai hal itu ada suara yang memanggil dirinya, “Mamaa. . . . . . . .mama. . . . . .”  Itulah yang terdengar di mulut gua itu. Rupanya itu adalah suara si anak singa itu. Spontan si ibu rusa merasa kaget mendengarnya karena si anak singa itu memanggil dirinya dengan sebutan mama. Ia pun semakin tak kuasa untuk membunuh anak singa itu. Dan untuk sementara justru si ibu rusa menganggapnya sebagai anak, seperti kedua anaknya yang lain Rama dan Romi. “Tapi bagaimana jika sudah besar anak singa ini memakan anak – anakku yang lain ?” Tanya si ibu rusa pada dirinya sendiri dengan rasa khawatir.
***

Suatu ketika si ibu rusa mengajak anak – anaknya untuk mencari makan, termasuk si anak singa itu yang ia angkat sebagai anak. Si ibu rusa dan kedua anak kandungnya memakan rumput – rumput yang tumbuh di hutan. Leo pun mencoba mengikuti apa yang dilakukan mereka namun ia langsung memuntahkannya lagi, beberapa kali seperti itu. Tapi setelah mencoba untuk memakan rumput akhirnya si anak singa itu mulai terbiasa memakan rumput. Rasa kekhawatiran si ibu singa pun semakin lama semakin sirna ketika melihat si anak singa mulai terbiasa makan rumput. Apalagi ia terlihat sering bercanda dengan kedua anaknya yang lain.

Tapi suatu ketika si anak singa bertanya pada si ibu rusa itu, “mama. . . . kenapa yah aku ini kok berbeda dengan kakak – kakakku dan juga mama ?” Tanya anak singa itu.

Si ibu rusa terdiam terpaku sejenak. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya ketika mendengar pertanyaan itu. Lalu ia mendekap si anak singa itu dan berkata, “Nak, kamu anak mama nak, kamu anak mama .” Ucap si Ibu rusa pada anak singa itu. Nampakany si ibu rusa benar – benar mengurungkan niat awalnya untuk membunuh anak singa itu. Justru sebaliknya, si Ibu rusa merasa amat menyayangi anak singa itu seperti anaknya sendiri.
***

Hari berganti hari, waktu berganti waktu, dari hari ke hari ketika Si anak Singa itu ingin bermain ke luar selalu saja di larang oleh si ibu rusa. Ia tak mengerti, kenapa mamanya selalu  melarangnya bermain sendiri ke luar, sementara kedua saudaranya selalu diijinkan. Ia pun selalu bertanya pada dirinya sendiri mengapa ia berbeda dengan saudaranya dan mamanya. Hal itu yang menuntun langkahnya untuk mencari tau.

Ia pun melangkah keluar gua secara perlahan tanpa sepengetahuan mamanya. Hutan yang lebat ia telusuri. Ada banyak hal yang ia lewati yang belum pernah ia jumpai. Tapi ada sesuatu yang aneh ketika ia menjumpai anak kancil di hutan itu. Entah kenapa anak kancil itu langsung lari ketika melihat dirinya. Begitu pun dengan sekumpulan ayam hutan dan beberapa hewan lainnya. Ia semakin tak mengerti mengapa hewan – hewan itu lari ketika melihat dirinya.

Semakin banyak jejak langkah yang ia buat di hutan itu semakin banyak pula tanda tanya dalam pikirannya. “Sebenarnya aku ini siapa ? Mengapa semua tampak aneh bagiku ?” Tanya anak singa itu pada dirinya sendiri. Rasa penasaran pun semakin merasupi ke dalam pikirannya sampai suatu ketika ia melihat sebuah bangunan yang cukup megah di tengah hutan itu. Ouww itu rupanya adalah istana tempat si Singaraja tinggal. Rasa penasaran menuntun langkahnya mendekati bangunan itu.

Tapi belum sempat beberapa langkah ia melihat suatu kejadian yang membuatnya takut. Rupanya seekor hewan buas sedang mengejar seekor kancil. Kancil itu pun lari terbirit – birit karena tidak ingin jadi santapan hewan buas itu. Namun akhirnya hewan buas itu berhasil menerkam mangsanya dan mengoyak – ngoyak tubuh mangsanya sebelum menelannya. Rupanya hewan buas itu adalah singa. Ia amat membenci hewan itu. Kenapa hewan itu begitu kejam. Namun ketika ia melihat dirinya di permukaan air yang tenang batinnya kembali bertanya, “Singa, kenapa hewan buas itu bentuknya mirip denganku, apakah aku adalah singa ?” Tanya anak itu pada dirinya. Namun batinnya menentang hal itu, “Enggak mungkin, enggak mungkin. Aku bukan singa, aku bukan singa, aku gak mauuuuu jadi singaaaaa.” Ucap anak itu sambil menjauhi diri dari permukaan air.

Sementara di sisi lain si ibu rusa baru menyadari kalau si anak singa itu tidak ada. Ia lantas kebingungan mencari anak angkatnya itu. Ia amat menghawatirkan jika anak itu ditemukan pihak istana, “Nak. . ..dimana kamu ??” Teriak si ibu rusa.

Si anak singa meneruskan perjalanannya dengan batin yang semakin tak tenang. Ia terus bertanya dalam dirinya, “Siapakah aku ?”. Tapi hingga saat ini ia belum menemukan jawabannya.

Di tengah perjalanannya, ada suara yang seolah memanggilnya, “Leoooo. . .. .Leoooooo. . . .!!”. Anak itu menoleh ke kanan dan ke kiri, rupanya di kejauhan seekor singa betina yang memanggil nama itu. “Ya, kamu Leooo. . . .Leo anakkku.” Ucap Ibu singa itu sambil mendekatinya. “Akuuuu ?” Tanya anak itu. “Ya, kamu pasti Leo, rupanya kau disini nak, ibu sudah mencarimu kemana – mana.” Kata Induk singa itu sambil memeluknya.

“Aku bukan Leo yang kau maksud, aku ini Rudi anak rusa bukan anak singa yang kau maksud.” Jawabnya pada ibu singa itu.

“Tidak nak, kau itu Leo kau itu Singa bukan rusa. Lihatlah rupamu nak !” Kata Ibu singa itu.

Leo hanya berpikir sejenak. Ia menyadari bahwa dia memang berbeda dengan rusa. Justru ia lebih mirip dengan singa – singa lain. Mendengar ucapan si ibu singa itu ia justru perlahan – lahan yakin kalau dirinya adalah singa bukan rusa.

“Ikutlah dengan ibu nak ke istana. . . !!” Ajak si Ibu singa.

Setelah dibujuk – bujuk akhirnya ia pun mau ikut ajakan ibu singa itu. Di sepanjang perjalanan ia bertanya banyak hal tentang dirinya dan keluarganya. Dan ia perlahan mulai yakin kalau ibu singa itu memanglah ibu kandungnya.
***

Mereka pun tiba di istana kerajaan. Si anak singa itu terkagum kagum melihat istana yang begitu megah. Ia amat tak menyangka bahwa dirinya adalah putra raja dan akan tinggal di istana semegah itu. Sesampainya di istana itu ia langsung disambut pasukan kerajaan dengan rasa hormat. Terlebih ketika raja menghampirinya dan memeluk dirinya.
“Nak, ayah sudah lama menantimu, kamu kemana saja selama ini nak ?” Tanya sang raja.

“A. . . .a. . . .aku baik – baik saja kok yah.” Jawab Leo.

Sejak saat itu Leo si singa kecil tinggal di istana bersama ayah dan ibu kandungnya. Ia merasa senang tinggal di istana yang megah. Tapi ia entah kenapa ia pun merindukan ibu rusa yang selama ini merawat dan memelihara dirinya. Ingin sekali rasanya jika si ibu rusa dan kedua saudara rusanya Rama dan Romi tinggal lagi bersamanya di istana semegah ini. Tapi pikirannya segera ditepis. “Kalo ayah sampai tau, selama ini aku tinggal dengan ibu rusa, entah apa yang terjadi pada ibu rusa dan kedua saudara rusaku.” Pikir Leo.

Di halaman istana Leo pun merasa lapar. Ia menyantap rerumputan yang tumbuh di halaman istana. Ia sudah biasa menyantap tumbuh – tumbuhan seperti rerumputan. Namun hal itu nampak aneh bagi seluruh penghuni istana. Dan segeralah tersiar kabar bahwa anak raja ternyata memakan rerumputan. Raja pun merasa resah mendegar hal itu. Lantas ia pun langsung memanggil anaknya ke hadapannya.

“Nak, apa benar kau itu sekarang makan rerumputan ?” Tanya sang raja.

“I. . . .i. . .ia ayah memangnya kenapa ?” Jawab Leo sambil bertanya balik.

“Kamu tau kan, kita ini singa. Tidak sepantasnya kita ini makan tanaman. Kita ini pemakan daging, apalagi kita dari kalangan istana. Kau mengerti kan ?” Kata Sang raja pada anaknya.

Leo hanya terdiam menyikapi ucapan ayahnya.

“Oke kamu ikut ayah, akan ayah ajarkan bagaimana caranya berburu !” Ucap ayahnya sambil mengajaknya berburu.
***

Di tengah hutan si raja singa berserta prajuritnya bersiap tuk mencari mangsa. Leo pun turut ikut dan menyaksikan apa yang akan mereka lakukan.

“Pengawal, lihat kancil itu !” Kata sang raja sambil menunjuk kancil yang sedang asik makan dedaunan.

“Ia raja.” Jawab Pengawal.

“Kau mangsa kancil itu sekarang !” Kata sang raja memerintah pengawalnya.

“ Baik raja.” Jawab pengawal.

Pengawal pun langsung mengejar kancil itu dengan berlari secepat mungkin. Si kancil yang menyadari nyawanya terancam pun lari dari kejaran singa. Kejar – kejaran pun terjadi selama beberapa menit sebelum akhirnya si pengawal raja berhasil menerkam kancil itu dengan gigi tajamnya. Melihat kejadian itu Leo berusaha untuk tutup mata. Ia tak kuasa menyaksikan kejadian sekejam itu.

“Kau lihat itu nak. Itu yang seharusnya dilaukan oleh seekor singa.” Kata Raja pada anaknya.

“Tidak ayah, aku tidak bisa.” Jawab Leo.

“Kau harus bisa nak, kau lihat ini.” Kata ayahnya sambil berlari mengejar mangsanya.

“Nak. . . .nak dimanakah kau. . . mama mencarimu nak. . . .” Terdengar suara seperti itu. Dan hewan yang menyebut kata – kata itulah yang dikejar oleh si raja singa. Hewan itu tak memerhatikan ada singa yang hendak memangsanya. Ia hanya fokus mencari anaknya yang hilang.

“Oh tidakkk itu mamaa. . . . . . .mama rusa. . . . . .” Kata Leo sambil mengejar ayahnya yang hendak memangsa mama rusanya.

“Ayahhhhh jangan ayahhhhh jangannnn. . . .!!”

“Menyingkir kau nak, biarkan ayah memangsanya.”

“Tidak ayah, jangan, aku takkan membiarkan ayah memangsanya.”

“Memangnya kenapa nak, menyingkirlah nak akan ayah tunjukkan bagaimana seharusnya menjadi singa.”

“Tidak ayah, ia adalah mamaku ayah. Ia yang merawatku selama ini, ia yang mengasihiku ayahh.”

Si raja singa pun hanya terdiam mendengar ucapan anaknya itu. Ia pun mengurungkan niatnya untuk memangsa rusa itu.

“Ayo  nak mari kita pulang !” Ucap ayahnya.

Leo pun pulang kembali ke istana. Namun kepalanya masih menoleh ke belakang dan menatap mama rusanya yang kehilangan dirinya.

“Mama. . . . . .” ucapnya pelan.

Mama rusanya hanya diam terpaku tanpa suara melihat anak angkatnya perlahan menjauhi dirinya.
***

Beberapa hari kemudian timbullah suatu kegemparan di seluruh isi istana. Tiba – tiba saja tanpa sebab yang jelas sang raja mengumpulkan seluruh penghuni istana. Seluruh penghuni istana pun wajahnya pucat pasi. Mereka takut dianggap telah melakukan kesalahan sehingga raja mengumpulkan mereka di halaman istana. Tak lama kemudian raja pun mulai bicara maksud dan tujuannya.

“Hmmmm. . . . .Selamat pagi semuanya.” Ucap sang raja. Seluruh penghuni istana pun terheran – heran karena raja tak seperti biasanya sesantun ini. Kemudian raja pun meneruskan pembicaraannya.

“Sebelumnya saya mohon maaf telah mengumpulkan bapak – bapak dan ibu – ibu disini.” Seluruh isi istana makin terheran – heran karena biasanya raja menyampaikan kata – kata yang keras namun kali ini ia sudah seperti kepala desa yang berpidato di hadapan warga desa.

“Maksud saya mengumpulkan kalian disini adalah untuk mengumumkan bahwa saya mulai hari ini mengundurkan diri sebagai raja hutan.” Ucap sang raja.

Seluruh isi istana semakin tercengang dibuatnya. Seluruh istana bergemuruh seolah tak percaya akan yang dikatakan oleh sang raja. Tapi kali itu ia memang benar – benar mengundurkan diri. Seluruh isi istana bertanya – tanya apa yang membuat raja mengundurkan diri. Tapi kali itu raja tak mengungkapkan alasannya kenapa ia mengundurkan diri.


Dan yang menarik lagi, keesokan harinya raja, istrinya dan ketiga anaknya keluar dari istana. Ruapanya raja hendak menjadi rakyat biasa. Kehidupan sebagai raja memang mewah, dan ditakuti banyak orang. Tapi Leo membuatnya berpikir bahwa hidup sederhana sebagai rakyat biasa bersama keluarga jauh lebih menyenangkan. Mereka pun membangun rumah sederhana, dan ternyata rumah sederhana itu letaknya berdekatan dengan gua tempat si ibu rusa tinggal. Dan mulai hari itu Leo pun senang karena bisa tinggal bersama keluarganya sekaligus tiap hari bisa bertemu dengan mama rusa dan saudara rusanya.

***
Sebuah cerpen
Karya: Rival Ardiles


EmoticonEmoticon