Rabu, 04 Oktober 2017

Cerpen: Hadiah Terindah


Hari yang ditunggu–tunggu bagi sebagian besar anak di manapun mungkin adalah hari ulang taun. Begitu pun dengan Lulu dan Lala, dua saudara kembar yang menanti–nanti saat usia mereka tepat satu dekade atau genap 10 tahun. Terhitung tinggal dua hari lagi mereka berulang taun.

“Lu, kalo di ulang taun kita nanti kira–kira kamu mau hadiah apa dari papah dan mamah ?” tanya Lala.

“Aku pingin gaun yang indahhhh sekali, buat kupakai di pesta ulang taun atau acara lain la, kalo kamu ?” kata Lulu dengan ceria.

“Kalo aku sih terserah papah dan mamah aja. Kalo dikasih hadiah sama mereka pasti seneng banget dehhh,kata Lala.

Hari itu pun tiba, pagi–pagi hari di rumah mereka sibuk menata ruangan. Mulai dari balon–balon yang digantung, sampai pita dan juga pernak–pernik lainnya yang berwarna-warni. Undangan pesta ulang taun pun telah diberikan pada teman–temannya di sekolah mereka.

“Eh, hari ini kamu ulang taun yah Lu, wah asyik yah ulang taun kamu selalu dirayain.” Kata Wini, teman sekelas Lulu.

“Ia Win, aku seneng sih, cumaaa. . . .. . . . .” jawab Lulu terputus.

“Cuma apa Lu ?” tanya Wini.

“Cuma di ulang tahun sebelum–sebelumnya papah dan mamah selalu ngasih hadiah yang aku nggak suka.” Kata Lulu.

“Kamu harus bersyukur Lu, soalnya aku aja nggak pernah tuh ulang tahun dirayain kaya kamu sama Lala,kata Wini.

“Ia, tapi kamu nanti datang kan?” tanya Lulu.

“Ia, Insha Allah aku datang kok Lu.”

Hari ulang taun Lala dan Lulu pun tiba. Teman–teman mereka mulai berdatangan satu per satu. Lala dan Lulu pun telah hadir dengan wajah ceria mereka.

“Oke, terimakasih atas kehadiran adik–adik semua dalam acara pesta ulang taun Lala dan Luluuuuuu. . . . . . !!!” Kata ayahnya Lala dan Lulu yang saat itu menjadi MC di acara ulang taun anaknya.

Teman–teman Lala dan Lulu pun telah memberikan kado yang mereka bawa untuk Lala dan Lulu. Doa pun dipanjatkan sebelum ulang taun mereka.

“Oke, sekarang waktunya Lala dan Lulu tiup lilinnyaaa.” Kata ayah mereka. Lala dan Lulu pun meniup Lilin yang ada di atas kue tar, sedangkan teman – teman mereka dan semua yang hadir menyanyikan lagu selamat ulang taun.

Dan tibalah saatnya ayah dan ibu Lala dan Lulu memberikan sesuatu hadiah kepada kedua putri kesayangannya. Hadiah yang mereka berikan nampaknya hampir sama. Sebuah kotak yang dibungkus kertas kado yang sama. Tapi tentu mereka tak boleh membukanya sekarang, biar surprise. Mereka pun penasaran dengan apa yang diberikan kedua orang tuanya itu.

Setelah acara pesta ulang taun itu selesai, mereka pun membuka kado yang diberikan ayah dan ibu mereka di kamar masing–masing.

“Wawwwww gaun yang indahhhh. . ,kata Lala dengan sangat ceria. Ia mendapatkan gaun putih yang dihiasi pernak – pernik berkilau.

Lain halnya dengan Lala, Lulu yang baru saja membuka kadonya justru tak merasa senang dengan apa yang diberikan kedua orang tuanya.

“Apaaaa, kelinciiiiiiii, kenapa kok aku malah dapet kelinciiiiiii.” kata Lulu yang mendapatkan kelinci kecil berwarna putih keabu–abuan. “Uuuhhh kenapa sihhh kamu hadiahnyaaa, dasar kelinci jelekkkkk,kata Lulu sambil menunjuk–nunjuk kepala kelinci itu. Kelinci yang bingung itu hanya diam saja.

Ketidakpuasan Lulu semakin menjadi ketika melihat saudara kembarnya yang mendapatkan sebuah gaun yang indah. Justru sebuah hadiah yang diinginkannya malah didapatkan oleh Lala. “Kenapa sih kenapa sih kenapa sihhhh malah dapet kelinci jelekkkk bukan gaunnn itu,kata Lulu di kamarnya sambil mendorong–dorong kepala kelinci itu.

“Lu kamu dapet apa?” Tanya Lala yang nampaknya begitu senang.

“Kelinci,jawab Lulu yang seolah senang dengan apa yang ia dapatkan. Padahal dalam hatinya ia sama sekali tak senang dengan apa yang diberikan ayah dan ibunya.

Keesokan harinya ketika mereka sekeluarga sedang makan malam bersama di ruang makan. “La kamu mau makan sama apa? Biar mamah ambilin yah,kata mamahnya sambil mengambilkan nasi dan lauk untuk Lala.

Melihat hal itu Lulu tentu jadi cemberut. Ia masang muka masam lantaran cemburu akan perhatian yang diberikan orang tuanya pada Lala yang dirasa tak ia dapatkan seperti itu. Setelah makan malam ia pun pergi ke kamarnya. “Kenapa sihhh kelinci jelekkk, kok mamah lebih sayang sama Lala dibandingkan sama Lulu kenapaaaa.” Kata Lulu sambil menggoyang – goyangkan kepala kelinci itu. Namun kelinci itu sama sekali tak marah ataupun kabur. Kelinci itu cuma menoleh ke kanan dan kekiri menyikapi apa yang dilakukan Lulu padanya.

Keesokan harinya di sekolahnya sedang ada pembagian hasil ujian Matematika. “Lala, selamat yah kamu dapat nilai yang paling besar. Kamu memang pinter,kata bu guru sambil membagikan hasil ujian tersebut.

“Bu guru nggak adil, minggu kemaren aku dapet nilai kesenian paling besar tapi nggak  dibilang pinter sama bu guru, ucap Lulu dalam hatinya. Dan sesampainya di rumah ia langsung mencurahkan kekesalannya pada si Buny, kelinci yang ia dapatkan dari orang tuanya itu. Kelinci itu ditarik–tarik kupingnya dan diguncang–guncangkannya. Kasihan sekali kelinci itu, setiap kali si Lulu kesal selalu dicurahkan padanya.

Puncaknya terjadi ketika Lala dan Lulu pulang ke rumah dari sekolah mereka. “Wah Lala katanya dapet nilai matematika paling besar yah disekolah. Hmmm anak mamah memang pinter,kata mamahnya sambil menyentuh hidung Lala lalu memeluknya. “Tuh Lulu, kamu harus lebih rajin lagi belajarnya, biar pinter kaya Lala,kata ibunya kembali pada Lulu.

Lulu pun hanya terdiam dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Segenap batinnya terasa pengap laksana di dasar laut terdalam kala itu. Ia merasa semuanya selalu memuji Lala, Lala, dan Lala lagi. Bendungan emosinya tak lagi bisa tertahan dan hancurlah bendungan itu. Emosi yang biasa ia luapkan pada Buny pun kembali terjadi. Namun yang biasanya ia hanya menggoyang–goyangkan kepala Buny, atau menarik telinganya, namun kali ini emosinya telah menuntun tangannya untuk menggenggam telinga kelinci kecil itu dan melemparkannya ke dinding. Seketika saja kelinci itu terbentur dinding cukup keras, lalu jatuh ke lantai, dan tak lama kemudian ia tak bergerak sama sekali.

Lulu yang kala itu sedang kesal mulai bertanya–tanya kenapa kelinci itu tak bergerak. Ia pun mendekatinya. “Hai. . buny, kelinci jelek kenapa kamuuuu, kamu masih hidup kannn, ayo jawabbb hai bunyyy. . . .. . !!!!kata Lulu yang panik sambil mennyentuh Buny dan berharap ia masih hidup.

Namun apa daya, kelinci kecil putih ke abu–abuan itu tak bisa bergerak lagi. Ia telah pergi akibat luapan emosi yang selalu dilimpahkan padanya. Dan hari itu juga, Buny dikuburkan di belakang rumah Lulu. Ada perasaan menyesal yang teramat dalam kenapa ia mesti membunuh kelinci itu, walaupun itu hadiah yang tak ia harapkan.

Sejak saat itu, serasa ada yang berbeda, hari–harinya tak ada lagi Buny, kelinci kecil yang lucu, yang selalu jadi tempat curhatnya, sekaligus luapan emosinya. Setiap kali ia pandangi ruangan kamarnya dan ia teringat akan kelinci kecil itu. “Kenapa semuanya begitu aneh ketika tak ada kelinci kecil itu ?” Itulah yang ia tanya talam batinnya.

Hari itu Lala memberikan gaun putihnya pada Lulu, gaun yang diberikan oleh orang tuanya saat ia ulang taun tempo hari. Entah kenapa Lulu tetap tak merasa bahagia dengan gaun itu. Dan tanpa ia sadari, sebenarnya kelinci kecil itu adalah hadiah terindah yang pernah diberikan orang tuanya padanya. Tiap hari kelinci itu menjadi teman curhatnya sekaligus pelampiasan kekesalannya walaupun kelinci itu tak mengerti apa–apa. Tapi kini hari–harinya nampak berbeda tanpa kelinci itu. Dan disitulah ia belajar mengerti untuk mensyukuri segala sesuatu yang ia dapat, dan ia berjanji akan menyayangi semua makhluk hidup.

~ selesai~

Sebuah Cerpen
Karya: Rival Ardiles


EmoticonEmoticon