Itulah negeri beribu pulau, membentang di
sepanjang khatulistiwa,
Lautan terhampar luas, pulau-pulau
berkoloni mulai dari Sabang Sampai Merauke,
Di Serambi Mekah, kulihat sekelompok orang
duduk berbaris sambil menari,
Ku terus terbang menelusuri angkasa di atas
negeri itu,
Di atas pulau Nias, ku lihat orang berlari
dan melompati batu nan tinggi, aku pun berdecak kagum,
Angin lembut bertiup menyapa wajahku dan ku
kembali melihat ke bawah,
Ada sekelompok orang menari dengan piring
di kedua telapak tangannya, lihai benar mereka.
Tak lama ku mengedipkan mata, kulihat
kembali di bawah sana,
Sekelompok orang menari dengan memagang
piring yang dipasangi lilin di atasnya,
Pandai benar mereka, mampu menjaga piring
tak pecah, dan api lilin tak mati,
Indah nian pulau itu, Sumatra. Rasa
penasaran kian menumpuk dalam benakku dan kulanjutkan menelusuri angkasa di
atas negeri itu.
Pulau Jawa, di atas pulau itu mataku
kembali mencari keindahan,
Ada orang-orang yang menyemburkan api ke udara
dengan mulutnya,
Anak-anak riang gembira bermain permainan
tradisional dengan teman-temannya,
Ada pula orang-orang yang memainkan irama
dari bambu,
Kemudian mataku terpaku pada satu pulau nan
eksotis,
Keindahan pantainya, kebudayaannya, orang
menyebutnya pulau Dewata,
Aku pun melihat hewan purba melata berjalan
mengintai mangsanya, ahh. . . .pulau Komodo.
Diiringi awan-awan aku terus melesat dan
aku pun melihat indahnya pulau Papua,
Laut nan indah di Raja Ampat, sempat pula
ku lihat burung Cendrawasih menebarkan pesonanya,
Bahkan ada gunung diselimuti es nan putih
menawan di negeri itu, Gunung Jayawijaya nampaknya,
Sungguh mempesona negeri itu.
Rasanya aku ingin seperti mentari yang
setiap hari selalu kembali melintasi
negeri itu,
Melintasi garis khatulistiwa yang melewati
negeri itu,
Waktu pun telah berlalu begitu lama,
Kini ku merasa tak cukup kuat lagi tuk
terbang melintasi negeri nan eksotik itu,
Tapi indahnya negeri itu membuatku berusaha
kuat tuk kembali, tuk melintasi negeri nan eksotik itu,
Tapi apa yang ku dapat?
Hampir tak ku lihat lagi orang-orang yang
menari dengan piring, dengan lilin,
Yang ada justru ada orang menari
mengguncang keimanan,
Tak ku lihat lagi anak-anak bermain
permainan yang dulu mereka mainkan bersama teman-temannya,
Mereka asik memandangi benda hitam di
genggaman tangannya, atau menunggangi kuda besi.
Tak ku lihat lagi pohon-pohon nan
hijau yang membentang menyelimuti
daratan,
Kini selimut hijau itu seolah sobek di
beberapa bagian,
Negeri itu telah banyak berubah,
Tapi aku tetap kagum pada negeri itu,
Negeri nan eksotik.