Jumat, 01 Desember 2017

Tiada berarti, tidak rapi, dan tiada bertepi

 

Seandainya penguin ada di gurun aku tak tau apa yang terjadi,
Seandainya unta ada di kutub aku juga tak tau apa yang terjadi,
Seandainya ikan - ikan beterbangan dan burung - burung berenang aku pun tak tau apa yang terjadi,

Ada mentari yang menerangi siang,
Dan ada bulan yang menemani malam,
Semuanya begitu teratur,
Tak seperti puisi ini yang tak teratur.

Aku,
Aku berdiri memakai topi,
Tiada yang kunanti walau sendiri,
Tiada kutemukan tepi di luasnya sepi,
Tidak ada suara ibu - ibu ngerumpi,
Yang ada hanyalah sapi yang memakai rompi,
Tapi apakah ini cuma mimpi?
Ketika ku menampar pipi ternyata ini bukan mimpi,
Ini hanyalah karangan puisi yang tiada arti, tidak rapi dan tidak bertepi.

Aku mendengar,
mendengar suara ikan - ikan yang sedang berkicau,
Mendengar suara ayam yang mengonggong,
Mendengar suara lantunan kereta di luasnya lautan,
Apakah ini mimpi?
Namun ketika ku menampar pipi ternyata ini bukan mimpi,
Ini hanyalah puisi yang tiada berarti, tidak rapi dan tiada bertepi.

Aku melihat,
melihat bunga - bunga bermekaran di tengah gurun,
melihat harimau sedang memakan rerumputan,
melihat indahnya pelangi di malam hari,
melihat gerombolan awan di dalamanya lautan,
Apakah ini hanya mimpi?
Namun ketika ku menampar pipi ternyata ini bukan mimpi
Ini hanyalah karangan puisi yang tiada berarti, tidak rapi dan tiada bertepi

Aku merasakan,
Aku merasa sejuknya udara berhembus saat aku berada di bulan,
Aku merasakan dingin yang menusuk di luasnya gurun yang tandus,
Aku merasa panas yang menyengat di tengah kutub utara,
Aku merasakan sepi sunyi senyap di tengah keramaian kota,
Aku juga merasakan manisnya air laut,
Apakah aku hanya mimpi?
Namun setelah ku menampar pipi baru ku rasakan ini bukan mimpi,
Ini hanyalah untaian puisi yang tiada berarti, tidak rapi, dan tiada bertepi,

Aku berpikir,
Dan aku merenung sejenak,
Apakah puisi ini memang tiada bertepi?
Namun ketika ku menampar pipi baru kusadari,
Bahwa puisi bukanlah sebuah bola yang tiada bertepi,
Puisi hanyalah untaian kata yang pasti bertepi,
Seperti layaknya rangkaian gerbong kereta api yang pasti bertepi,
Dan inilah tepi dari sebuah puisi,

Sebuah puisi yang tiada berarti dan tidak rapi namun bertepi.


EmoticonEmoticon