Beberapa waktu belakang ini, kehidupan kita, dan kehidupan
banyak orang lainnya di seluruh dunia seketika berubah. Usaha banyak yang
ditutup, yang tadinya bekerja di kantor jadi bekerja di rumah, sebagian terpaksa
masih harus bekerja di luar rumah sambil diliputi rasa takut, tak sedikit pula
yang harus kehilangan pekerjaannya. Sekolah-sekolah ditutup, murid-murid harus
belajar di rumah. Bahkan banyak tempat-tempat ibadah pun yang juga harus ditutup.
Bukan hanya itu, orang-orang tak bisa bertemu dengan sanak
saudara, teman, bahkan keluarga yang berada di kota lain. Di beberapa negara
diberlakukan lockdown, sebagian lagi diberlakukan
pembatasan wilayah. Semua event yang melibatkan banyak orang ditiadakan. Jalan-jalan
yang tadinya ramai bahkan macet, saat ini menjadi sepi. Perekonomian pun goyah,
mulai dari usaha kecil hingga usaha besar.
Semua perubahan itu diakibatkan oleh virus corona yang tak
terlihat oleh pandangan mata. Corona seolah mampu menjadi preman berwujud hantu
yang sedang naik daun. Mampu membunuh banyak orang dan menakuti hampir semua
orang, serta memporak-porandakan kehidupan bermasyarakat. Semua tayangan berita
memberitakan corona secara terus menerus, mulai dari berita kriminal, ekonomi,
politik, wisata, otomotif, sampai berita olahraga, semuanya memberitakan tentnag
virus corona. Bahkan acara gosip selebritis juga memberitakan corona. Yang
membuat preman berwujud hantu ini semakin menakuti masyarakat. Beberapa korban
yang sudah meninggal pun proses pemakamannya sempat ditolak warga.
Yang jadi pertanyaan apakah corona adalah penyakit paling
membahayakan saat ini, apakah corona adalah penyakit menular yang paling
mematikan saat ini? Karena penyakit-penyakit lain tak mampu membuat efek
sedahsyat Corona. Tapi nyatanya, corona bukanlah penyakit paling bahaya, bahkan
bukan penyakit menular yang paling mematikan saat ini. Corona terlihat sangat
menakutkan. Tapi yang perlu dicermati, sebagian besar korban yang meninggal adalah
lansia. Dan hampir semua diantaranya mempunyai riwayat penyakit lain.
Sebuah studi di Italia menunjukkan bahwa rata-rata usia yang
meninggal berusia 79,5 tahun, dan 99% diantaranya memiliki riwayat penyakit lain.
Hampir setengah dari korban yang meninggal, menderita setidaknya tiga penyakit
sebelumnya dan sekitar seperempatnya memiliki satu atau dua penyakit
sebelumnya. Lebih dari 75 persen memiliki tekanan darah tinggi, dan sekitar 35
persen menderita diabetes, serta sepertiganya menderita penyakit jantung. Dalam
studi tersebut, 18 persen dari kematian akibat virus korona di Italia, ditemukan
bahwa hanya 0,8 persen yang tidak memiliki penyakit sebelumnya. (sumber).
Di sisi lain, penyakit jantung menjadi pembunuhan nomer 1
dengan jumlah kematian di 2016 saja mencapai lebih dari 9 juta kematian, di
Indonesia mencapai 2 juta kematian per tahun. Belum lagi stroke, kanker, diabetes,
dll. (sumber)
Oke, mungkin itu adalah penyakit yang tidak menular. Tapi penyakit
menular lainnya pun ada yang lebih bahaya dari Corona. Contohnya TBC. Jumlah
kematian akibat TBC di dunia mencapai 1,5 juta orang per tahun (sumber).
Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dengan kematian terbanyak akibat
TBC, Yaitu hampir 100 ribu orang per tahun (sumber).
Tapi selama ini tak memberikan efek apa pun pada kehidupan masyarakat secara
umum.
Bahkan flu biasa saja (influenza), yang sering dialami
banyak orang, sebenarnya bisa menimbulkan kematian. Jumlahnya tidak main-main,
sekitar 500 ribu orang per tahun (sumber).
Di Indonesia jumlah kematiannya sekitar 2000 sampai 4000 orang (sumber).
Tapi selama ini kita menganggapnya seperti hal biasa. Belum lagi jumlah
kematian yang diakibatkan rokok, di dunia lebih dari 7 juta orang per tahun (sumber),
sementara di Indonesia lebih dari 200 ribu orang per tahun (sumber).
Tapi banyak orang yang sama sekali tidak takut. Pabrik rokok pun tidak ditutup.
Sedangkan saat corona banyak usaha yang harus ditutup.
Jika corona diibaratkan preman berwujud hantu yang sedang
naik daun, maka TBC, dan penyakit-penyakit yang lebih bahaya dari corona seperti
preman berdarah dingin yang keberadaannya seolah dipandang sebelah mata, karena
mereka tidak sepopuler corona saat ini. Mungkinkah diam-diam mereka iri karena
corona, bocah ingusan yang baru jadi preman tiba-tiba naik daun, entah karena
ajang pencarian bakat atau jalur lainnya, yang membuatnya kini lebih ditakuti
daripada mereka. Mungkin juga mereka bertanya-tanya mengapa hanya corona yang
diberitakan terus menerus. Mengapa hanya corona yang selalu di-update jumlah korbannya. Kenapa penyakit
lain tidak diinfokan update korbannya
agar masyarakat lebih waspada.
Atau mungkin kalau penyakit lain diberitakan secara terus
menerus, maka dari dahulu sampai hari ini dan seterusnya, setiap hari kita
merasakan krisis seperti dampak corona saat ini. Kalau begitu yang menjadi
pertanyaan apakah krisis yang terjadi saat ini benar-benar diakibatkan oleh
corona, atau oleh ketakutan yang disebarluaskan media?
Setiap penyakit, apalagi yang menimbulkan kematian memang
tak bisa dianggap remeh. Tapi jika hampir semua usaha harus ditutup yang menyebabkan
krisis ekonomi juga bisa menimbulkan dampak yang berbahaya, bahkan lebih
berbahaya, karena semua orang akan terkena dampaknya. Banyak orang yang
kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya karena kehilangan pekerjaan atau penghasilan.
Meningkatnya angka kriminalitas, meningkatnya angka bunuh diri, bahkan dapat
menimbulkan penjarahan dan kerusuhan. Belum lagi melambungnya utang negara yang
bisa membebani masyarakat di kemudian hari.
Semoga saja masyarakat tidak mengalami ketakutan yang
berlebihan walau harus tetap waspada. Semoga saja virus corona, preman berwujud
hantu yang sedang naik daun ini bisa segera menghilang dari muka bumi, dari
media-media, dan dari ketakutan masyarakat. Semoga krisis yang diakibatkan
corona ini bisa segera usai, sehingga kehidupan bisa berjalan seperti sedia
kala.
EmoticonEmoticon