Kamis, 09 September 2010

Anak, bapak, dan keledai

Suatu ketika ada seorang bapak dengan anakanya sedang melakukan suatu perjalanan menuju suatu tempat. Mereka tidak mempunyai kendaraan, mereka juga tidak punya kuda yang gagah berani, yang mereka punya hanyalah seekor keledai kecil. Perjalanan mereka cukup jauh dan harus melewati beberapa desa.

Suatu ketika mereka melewati desa pertama. Karena mereka hanya memiliki keledai yang kecil. Jadi mereka berdua tetap berjalan kaki dan menuntun keledai mereka. Namun terdengar ucapan – ucapan dari warga desa di sepanjang perjalanan. “Tuh liat mereka punya keledai tapi malah jalan kaki, kan percuma”, kata orang – orang desa.

Saat memasuki desa ke dua, menyikapi ucapan warga desa di desa pertama, akhirnya keledai itu dipakai sebagai kendaraan. Tapi karena keledai itu kecil. Si ayah mengalah untuk anaknya. Si anak menaiki keledai tersebut dan si ayah berjalan kaki dalam menempuh perjalanan. Tapi ternyata terdengar kembali ucapan dari warga desa di desa kedua. “Tuh. . liat anak gak sopan sama orang tuanya, masa dia enak – enakan naik keledai, bapaknya di biarin jalan kaki”

Tibalah mereka di desa ketiga. Menyikapi ucapan warga di desa kedua akhirnya mereka bergantian. Si ayah yang naik keledai, sementara si anak berjalan kaki. Namun ternyata terdengar kembali ucapan yang tidak mengenakan dari warga di desa ketiga. “Tuh. . liat bapak yang gak sayang sama anaknya, tega bener anaknya dibiarin jalan kakai, eh, , dia sendiri enak – enakan naik keledai.”

Perjalanan mereka telah sampai di desa keempat. Menyikapi ucapan warga di desa sebelumnya. Akhirnya mereka berdua sepakat untuk sama – sama menunggangi keledai itu. Namun tetap saja terdengar omongan warga di desa keempat yang tidak mengenakkan. “Tuh. . liat bapak sama anak sama aja, nggak kasian sama binatang, masa keledai sekecil itu dinaiki berdua.”

Setelah itu mereka tiba di desa kelima. Mereka sudah muak mendengar ucapan yang tidak enak dari warga desa yang dilewatinya. Begini salah, begitu salah. Akhirnya menyikapi ucapan warga di desa – desa sebelumnya. Mereka berdua sepakat untuk sama sama berjalan kaki dan si keledai mereka gendong bersama – sama. Ternyata apa yang terjadi di desa itu, Warga desa beramai – remain berbondong bondong melihat mereka. Mereka pun kebingungan apa yang terjadi. Lalu terdengar teriakan dari salah satu warga dan diikuti warga lainnya di desa kelima . “Orang gila . . . orang gila. . . orang gila. . . . Bapak sama anak sama – sama gilanya. Masa keledai buat ditunggangi digendong.” Hahahahahhaha seluruh warga desa pun menertawainya. Diantara seluruh desa yang mereka lewati di desa kelima lah ucapan warga yang paling menyakitkan.

Minggu, 25 Juli 2010

Antara statika dan dinamika

Yang membedakan orang pintar dan yang tidak hanyalah tau dan tidak tau
Namun kini ku tau semenjak Copernicus menemukan bahwa bumi ini berputar dan didukung dengan teleskop Galileo, sejak saat itu dunia astronomi semakin berkembang hingga manusia mengetahui bahwa bumi ini berputar pada porosnya dan berevolusi bersama planet lainnya mengelilingi matahari. Matahari hanyalah satu diantara ratusan milyar bintang yang memancarkan sinarnya di Galaksi ini, dan Galaksi ini hanyalah satu diantara ratusan milyar galaksi lainnya. Semuanya berputar mengelilingi jagat raya.

Kini ku tau semenjak Ernest Rutherford, Bohr, J.J Thomson, dan Dalton saling menyempurnakan hingga ditemukannya partikel terkecil yang menyusun materi, yaitu atom. Ada electron yang berputar mengelilingi proton, yang bergerak dengan lintasannya. Diantara atom itu ada yang saling meminjam electron untuk membentuk ikatan kovalen.

KIni ku tau, semenjak William Harvey menemukan adanya peredaran darah di tubuh manusia dan makhluk hidup lain. Darah ini mengalir dari jantung, melalui vena, arteri, sampai ke pipa-pipa kapiler yang diameternya antara 3-5 mikron, yang panjangnya mencapai ribuan kilometer. Laksana kereta angkut, darah membawa oksigen dan zat – zat makanan ke setiap sel.

Kini ku tau, semenjak Macroni menemukan radio, ada gelombang yang menjalar membawa sinyal radio di atas lapisan stratosfer.

Kini ku tau, semenjak, Maxwell, Faraday, Ampere, dll, bahu – membahu menyumbangkan pikirannya, ada aliran listrik yang bisa kita nikmati seperti sekarang

Kini ku tau, semenjak Newton merumuskan bahwa F=m.a, ternyata gaya dipengaruhi oleh masa dan juga percepatan. Reaksi selalu ditimbulkan dari aksi

Kini ku tau ada angin yang menggerakkan kapal nelayan, ada arus sungai yang mengalirkan kehidupan, ada letupan bunga meriam yang menyebarkan benih,



===========================================

Minggu, 11 April 2010

KISAH ANAK ELANG DAN INDUKNYA


Di tebing - tebing yang curam dan tinggi, disanalah burung - burung elang membuat sarang. Seekor induk elang terus mengerami telurnya dan menjaganya. Setelah telur - telurnya menetas dan menjadi anak - anak elang yang lucu. Setiap hari induk elang tersebut terbang mencari makanan untuk anaknya, tak hanya itu, ia terlebuh dahulu mengunyah makanan itu terlebih dahulu sebelum diberikan pada anaknya agar anak -anaknya tidak kesulitan mengunyah.

Namun apa yang terjadi setelah anak - anaknya sudah agak dewasa. Si ibu elang itu melemparkan anak - anaknya dari tebing yang sangat tinggi. Anak -anak elang itu terjun melesat menuju permukaan bumi terhsap oleh gaya potensial gravitasi. Mereka pun dilanda kebingungan dan kecemasan, "apa yang ibu lakukan?", tanya mereka dalam hati. Tapi di tengah rasa ketekutan yang mereka alami, mereka pun mulai membuka sayapnya, kemudian mengepakannya perlahan - lahan, dan akhirnya mereka melayang di udara.

Lalu mereka pun menghampiri induknya yang juga sedang terbang, "ibu. . ., apa yang ibu lakkan?", " Apa ibu ingin membunuh kami?" tanya anak - anak elang itu. Si ibu pun hanya tersenyum, kemudian bertanya kembali, "nak. . .bagaimana rasanya terbang bebas di udara?".

Saat itu anak - anak elang itupun baru mengerti apa maksud ibunya. Sobat - sobat sekalian pun pasti mengerti maksud cerita ini.