Senin, 04 September 2017

ANGIN yang MENERPA

Ketika berdiri di atas tebing di tepi lautan, kita akan melihat birunya langit yang berdiri tanpa tiang, namun seolah bertemu dengan lautan jauh di ujung sana. Kita akan melihat deburan ombak yang berlari berkejar-kejaran dan menghempas tebing, menimbulkan suara gemuruh. Walau tebing tetap bergeming.
.
Namun ada hal yang tak terlihat, namun terasa menerpa wajah. Itu adalah angin. Angin itu seperti hasrat, motivasi, harapan. Ia tak terlihat, namun tetap ada dan bergerak di dalam jiwa. Yang terkadang menerpa wajah, mengingatkan akan hal-hal yang belum tercapai.

Cukup pahami....

Mengapa semut yang makanannya gula terasa pedas ketika termakan?
.
Mengapa lautan terlihat membiru?
.
Butuh ilmu untuk memahami logika. 
.
Namun tak perlu tuk memahami semua logika.
.
Dan takkan pernah bisa.
.
Tak perlu tuk menghitung setiap langkah yang dilalui.
.
Tak perlu menghitung berapa kali hembusan nafas.
.
Cukup pahami....
.
Tentang apa-apa yang seharusnya diperjuangkan.

Nggak semua yang berbayar lebih baik dari yang gratis

Nggak semua yang berbayar lebih baik dari yang gratis. Contohnya oksigen, mending menghirup oksigen yang berbayar dari tabung di rumah sakit atau yang gratis di alam bebas?
.
Atau cuci darah, mending yang berbayar di rumah sakit, atau yang gratis oleh organ tubuh?
.
Terus kenapa yang gratis yang setiap hari kita nikmati sering kita lupakan, kita anggap biasa, enggak istimewa, enggak berharga. Karena kitanya kurang syukur.