Jumat, 26 April 2013

Persaingan jejaring sosial, Situs Multiply ditutup

Semenjak Facebook booming beberapa tahun silam, banyak jejering sosial lain yang bermunculan untuk meramaikan persaingan. Namun hanya beberapa yang mampu bertahan dan eksis digunakan oleh banak pengguna setiap harinya.

Facebook sendiri bisa dibilang mengalahkan Friendster yang udah biasa digunakan pengguna internet untuk berjejaring sosial. Akibat persaingan itu akhirnya Friendster mengubah tampilan webnya menjadi situs games online.

Bukan hanya itu, google yang notabene perusahaan terbesar dibidang internet entah itu situs pencari ataupun lainnya ternyata pernah mengeluarkan layanan jejaring sosial yang digadang-gadang bakal mengalahkan Facebook saat itu. Namun apa daya ternyata melempem karena hanya sedikit yang menggunakan. Situs itu bernama google wave. Dan kini google telah belajar banyak dari kesalahan itu hingga akhirnya meluncurkan google plus. Kalo saya liat sih strateginya mencoba menghubungkan ke semua layanan google yang lain seperti email, mesin pencari, dan juga blog.

Dan kabarnya ada satu lagi situs jejaring online yang bakal ditutup. Multiply. Ya, Multiply.com kabarnya bakal ditutup per tanggal 6 Mei 2013 ini. Waduhhh padahal saya punya akun www.catatanrival.multiply.com walaupun jarang banget dibuka. Multyply sendiri merupakan situs jejaring sosial sekaligus blog. Beberapa waktu yang lalu menjadi situs jual beli online sebelum akhirnya diputuskan bakal ditutup.


Pelangi di kala senja

Di kala senja seperti hari-hari sebelumnya, aku meluncur dari dataran tinggi di Bandung Utara dengan belalang tempur yang selama setahun ini menemaniku kemanapun ku pergi. Ketika itu langit agak gelap, tak terlihat seberkas cahaya di ufuk barat dan sesampainya di wilayah Cimahi rintik-rintik hujan menemani perjalananku dan si belalang tempur kala itu.

Ku sampingkan sejenak si belalang tempur menuju tukang baso tahu untuk sejenak menanti hujan rintik-rintik berhenti terjun dari langit sana. Dari arah selatan ku lihat orang-orang memandangiku, seolah aku adalah artis terkenal, oh tunggu dulu, ternyata bukan. Ku coba menolehkan kepalaku ke belakang dan mengarahkan pandanganku beberapa derajat ke atas, dan WoWWWWWW paduan warna mera, jingga, kuning, hijau membentuk garis melengkung yang menghiasi langit mendung kala itu. Pelangi, ya, pelangi di kala senja menghiasi langit di antara rintik-rintik hujan dan sinar mentari yang sedikit mengintip sebelum tenggelam.

Entah berapa lama ku tak melihat pelangi, apalagi ini pelangi di kala senja yang muncul di tengah rintik-rintik gerimis.

Rabu, 28 November 2012

Hujan



Dan Dialah yang menurunkan air "hujan" dari langit lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (QS. 6:99)


Hujan, di saat ia tak datang ia dieluhkan, namun saat ia datang ia dikeluhkan.
Langit menghitam menutup sinar sang surya. Ada ibu-ibu yang memetik pakaian dari jemurannya, ada pula anak-anak yang masuk ke rumahnya masing-masing. Dan tetes demi tetes air menghujam bumi, seolah ribuan anak panah dilontarkan dari langit sana. Seketika tanah yang gersang mulai basah dan menggenang. Orang-orang menyambut dengan suka cita kedatangannya setelah sekian lama tanah tandus, air sumur mengering, tanaman mati, namun kini seolah hidup kembali.
Semua tersenyum seraya mengucap syukur akan anugerah ini. Tak peduli walau jalanan sedikit becek, jemuran tak kering, atau ada pula yang pakaiannya kebasahan karena kehujanan, tapi mereka menyambutnya dengan sukacita.

Hari berikutnya tiba. Matahari yang sedari pagi menyinari mulai redup tertutup mendung di kala siang. Tetes demi tetes itu pun turun kembali dan tak urung berhenti hingga datangnya petang. Yang dari kantor terlambat pulang karena menunggu hujan reda, ada pula yang terjebak macet. Nampaknya senyum mereka kemarin ketika hujan turun mulai redup.

Hari kembali berganti. Tak lama langit nan biru berubah menjadi gelap. Petir pun menyambar saling bergantian, seolah sedang bercengkrama. Tetesan air yang tak terhitung jumlahnya kembali turun dan tak berhenti hingga datangnya malam. Banyak orang yang mulai mengeluhkan kedatangannya, senyum mereka telah berbalik 180 derajat yang tadinya ibarat parabola, namun kali ini ibarat parabola yang terbalik.

Hari esoknya pun tiba. Matahari hanya memberikan sinarnya di kala pagi, selanjutnya ia teretutup awan pekat dan menerjunkan jutaan tetes air yang tak pernah habis hingga datangnya malam. Beberapa wilayah mulai menggenang, sungai mulai meluap, masyarakat mulai mengungsi. Kali ini jangankan senyum, semuanya mangutuk kedatangan hujan. Seolah tak sadar mengapa meraka tinggal di bantalan sungai, mengapa membuang sampah di saluran.

Kadang, setelah hujan ada sebuah lengkungan berwarna-warni nan indah membentang di langit. Itulah pelangi. Sang hujan kembali tersenyum karena masih ada keindahan di balik kedatangannya. Dan ia akan pergi, kemudian kembali saat orang-orang merindukan kehadirannya. Walaupun ia sadar, setelah ia hadir akan kembali dibenci.