Rabu, 25 Februari 2009

Surat Dari Prestasi

SURAT DARI PRESTASI
karya : Rival Ardiles Sando
Hormat saya,

Prestasi

Apa itu prestasi?

Prestasi bukanlah materi

Prestasi bukanlah sebuah angka yang terurai di atas lembaran putih

Prestsasi juga bukanlah sesuatu yang bisa di foto copy

Juga bukan sesuatu yang bisa dicuri

Prestasi itu ibarat sebuah tanaman yang berbuah

“Apa yang kita tanam dan kita pupuk, itulah yang kita petik”

Prestasi itu berada di puncak gunung yang tinggi

Yang curam dan penuh halangan untuk mendakinya

Prestasi itu merupakan sebuah metamorfosis dari sejumlah proses

Prestasi itu adalah aku


Banyak orang yang mengejar aku

Banyak pula orang yang hanya bermimpi aku akan datang padanya

Namun aku hanya akan datang pada siapa saja yang bersungguh-sungguh

Wahai engkau yang membaca surat dariku ini

Kejarlah aku,

Undanglah aku,

Di semester ini, di tahun ini, di setiap harimu

Dan di setiap hidupmu



Sahabat orang rajin,


Prestasi

Refleksi Mekanika Rekayasa Dalam Mekanika Kehiupan

REFLESI MEKANIKA REKAYASA DALAM
MEKANIKA KEHIDUPAN

Tak bisa kita pungkiri mekanika rekayasa adalah ilmu yang sangat penting dalam dunia sipil. Ilmu ini pada prinsipnya mempelajari tentang keseimbangan reaksi pada suatu struktur. Dalam ilmu fisika disebutkan “bahwa suatu benda dikatakan statis jika reaksi = aksi”. Maka dari itu ilmu ini sering disebut dengan ilmu statika. Ironisnya mahasiswa teknik sipil banyak yang mengkategorikan ilmu tersebut sebagai ilmu yang rumit, ruwet, ngejelimet, ah pokonya pusing deh. . . . . . .(bukan kata saya lho).

Kali ini saya tidak akan membahas tentang ilmu tersebut. Namun ilmu mekanika rekayasa ternyata dapat direfleksikan ke dalam mekanika kehidupan. Yaitu jika kita bisa sedikit berpikir dengan jernih dan melihat dengan mata kaki. . . .eh mata hati maksudnya “salah ketik euy”.

Dalam ilmu ini mengaplikasikan hukum kesetimbangan yaitu reaksi pada suatu struktur harus sama dengan beban yang diterima struktur tersebut. Jika tidak struktur tersebut akan hancur. Begitu pula dalam kehidupan kita. Setiap sifat dan sikap yang baik adala yang seimbang. Misalnya sifat berani, sifat ini memang dibutuhkan dalam mengarungi hidup ini. Salah satu contohnya adalah Neil Amstrong. Orang amerika ini berhasil menginjakkan kakinya dibulan untuk pertama kalinya dengan orang jawa yang namanya Slamet “dengan selamat maksudnya hehe. . . “. Tentunya keberhasilan itu tidak akan terjadi jika Neil Amstrong tidak memiliki keberanian, karena penerbangan manusia ke bulan untuk pertama kalinya sangat beresiko tinggi.

Contoh lain adalah seorang pambalap sepeda Lance Amstrong. Prestasinya bukanlah bersepeda ke bulan, tapi ia berhasil menjuarai 7 kali Tour de France, sebuah kejuaraan balap sepeda paling bergengsi di planet ini. Yang luar biasa darinya ialah sebelum menjuarai kejuaraan ini ia telah divonis menderita kanker yang ganas dan menurut dokter kemungkinannya untuk hidup hanya 40 %. Saat itu pula dokter menyarankannya untuk berhenti dari balap sepeda. Namun dengan keberanian dan keyakinanya, ia tetap maju dan berhasil menjuarai Tour de France. Banyak orang beranggapan ia akan berhenti setelah menjuarai kejuaraan tersebut. Namun ia berhasil mengulanginya di tahun-tahun berikutnya dan menjuarai kejuaraan tersebut 7 kali berturut-turut.

Keberanian yang tinggi memang dibutuhkan dalam mengarungi hidup ini. Namun jika keberanian tersebut terlalu berlebihan dan tidak ditempatkan pada posisi yang benar pada akhirnya akan mengakibatkan suatu kehancuran. Misalnya pejabat yang berani korupsi, berani membunuh, berani berbuat kerusakan, berani berbuat asusila, berani memakai narkoba, mabok-mabokan, dan perbuatan maksiat lainnya. Semua orang itu akan mengalami suatu kehancuran baik di dunia ataupun di akhirat.

Contoh sikap lain yang harus diposisikan pada kondisi seimbang adalah senang. Adalah wajar jika kita mendapatkan rejeki, mendapatkan jabatan, atau mendapatkan hadiah maka kita akan senang. Namun jika kesenangan itu disikapi secara berlebihan dengan berpesta-pesta misalnya sehingga lupa kepada Yang Maha Pemberi rejeki, maka orang tersebut termasuk orang yang takabur dan tidak bersyukur, seperti burung yang terbang tinggi lupa daratan. Sikap senang yang tepat adalah senang yang tetap dibuyngkus dengan rasa syukur, yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah.

Sikap berani, senang, sedih, dan sikap-sikap lainnya jangan sampai terlalu berlebihan. Artinya hidup ini harus seimbang. Dalam membagi waktu pun harus seimbang. Rasulullah sendiri membagi waktunya menjadi 3 bagian, yaitu untuk ibadah kepada Allah, untuk keluarga, dan untuk lingkungan masyarakat.

Dalam ilmu mekanika rekayasa ada 3 macam gaya berdasarkan arahnya, yaitu gaya vertikal, gaya horizontal, dan gaya momen. Gaya vertical menandakan hubungan manusia dengan tuhannya (habluminallah), gaya horizontal menandakan hubungan manusia dengan keluarga, saudara, dan kerabat, gaya momen menandakan hubungan manusia dengan pekerjaan, lingkungan, dan masyarakat. Semua itu harus seimbang.

Mungkin memang sulit untuk mengkondisikan setiap detail kehidupan kita pada kondisi yang seimbang, nemun kita harus selalu berusaha untuk itu. Filosofinya sama seperti ketika manusia sebelum masuk surga harus melewati jembatan yang tipisnya seperti rambut yang dibelah tujuh yaitu jembatan shiratal mustaqim. Ada orang yang melewatinya dengan berlari secepat kilat, ada juga orang yang merangkak, ada yang berhasil melewatinya, tetapi ada pula yang terjatuh. Semua itu tergantung amalannya selama di dunia. Termasuk yang manakah kita ?

Rabu, 18 Februari 2009

Rivalitas Kehidupan

RENOVASI DIRI

RIVALITAS KEHIDUPAN

Ada banyak rival di hidup ini, karena hidup selalu penuh dengan rivalitas.

Di alam liar, singa harus berlari lebih cepat dari pada rusa, jika tidak dia akan mati kelaparan. Rusa pun harus berlari lebih cepat dari pada singa, jika tidak dia akan mati dimangsa. Seekor burung pemakan bangkai harus berebut makanannya dengan sekawanannya dan pemakan daging lainnya, jika tidak dia yang akan menjadi bangkai.

Hidup memang penuh dengan persaingan. Tapi manusia punya caranya sendiri dalam bersaing. Dalam bersaing jangan sampai sikut kanan sikut kiri untuk mencapai tujuan, tetapi harus seperti apa yang tercantumdi Al-qur’an “berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan”. Ya…. kita harus bersaing secara sehat untuk menggapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan, cita-cita, dan harapan, memang tidaklah mudah, karena tujuan, cita-cita, dan harapan itu letaknya di puncak gunung yang tinggi dan terjal. Untuk menggapainya kita harus mendakinya dengan usaha yang keras. Walaupun kita sadari di perjalanan kita akan berhadapan dengan berbagai rintangan yang datang menghadang. Mungkin terkadang kita terjatuh, 1 kali, 2 kali, 3 kali, atau bahkan berkali-kali. Namun sebanyak apapun kita jatuh, kita harus selalu mampu bangkit dan tidak kenal kata menyerah. Seperti yang telah dialami Thomas Alfa Edison yang harus bereksperimen ribuan kali, merasakan ribuan kali kegagalan, dan akhirnya berhasil membuat lampu yang mampu menerangi dunia. Sudah selayaknya penemuan itu juga mampu menerangi pikiran kita.

Namun siapakah saingan terberat di hidup ini?

Apakah orang yang kuat seperti Mike Tyson, ataukah orang yang cerdas seperti Albert Einsten. Tidak…… saingan terberat di hidup ini adalah diri kita sendiri. Ya…… kita akan mampu meraih kesuksesan jika kita mampu mengalahkan sisi-sisi negatif yang ada pada diri kita seperti rasa malas, ragu, dan pikiran negatif lainnya.

Semua itu tergantung dari mind set kita. Kita jangan berpikiran bahwa kita tidak bisa, bahwa kita jauh lebih rendah dari orang lain. Di sini kita harus ingat bahwa sebenarya kita adalah juara. Ya….. ingatkah kita sebelum kita lahir jutaan sel sperma berlomba-lomba untuk mencapai ovum, namun hanya ada satu yang mampu mencapainya, itulah diri kita. Berarti kita pernah menjadi juara yang mengalahkan jutaan pesaing kita. Sekarang kenapa kita harus gentar? Kenapa kita ragu pada diri kita?

Ingat fokuskan untuk memperbaiki diri. Orang yang masuk surga jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan orang yang masuk neraka. Akan kemanakah kita nantinya?. Berlomba-lombalah dalam kebaikan.